"Itu kotak make up dari mana, Lele?" tanya Atlantik, saat dirinya sudah masuk ke mobil, pun dengan Alea.
"Dari Alana, aku dikasih alat-alat make up, kosmetik, sama skincare. Katanya biar aku rawat diri aku," jawab Alea senang.
"Dikasih bekas orang kok seneng, sih?" heran Atlantik geleng-geleng.
"Biarpun bekas, ini masih bagus Itik!" sewot Alea.
Atlantik mengembuskan napas kasar. Menoleh pada Alea, lalu menggusak rambut gadis itu. "Nanti, gue beliin yang baru deh. Gimana?"
"Serius?"
"Bercanda lah anjir!" Atlantik menampol kepala Alea pelan. Biar pelan, Alea tetap meringis sakit.
"Kamu mah gitu," cicit Alea sedih. Wajahnya tertekuk sekarang.
"Gak usah gitu mukanya, gak usah di sedih-sedihin, gue tetep nggak akan beliin lo seperangkat alat make up yang baru. Pake aja yang bekas Alana!" Atlantik mulai mengenakan sabuk pengaman, bersiap menyalakan mesin mobil. Namun karena Alana belum memakai sabuk pengaman, ia hentikan dulu niatnya itu.
"Pakai sabuk pengamannya, Lele!" suruh Atlantik.
"Males," tolak Alea lesu.
Lidah Atlantik berdecak, jadilah dirinya harus turun tangan dengan memakaikan sabuk pengaman itu pada Alea. Jantung Alea bergemuruh, saat wajah Atlantik berjarak begitu dekat dengannya. Alea terpesona dengan pahatan wajah Atlantik yang sempurna. Pemuda itu begitu tampan.
Pletak!
"Awww!" Alea mengerang sakit, saat Atlantik menjitak kepalanya keras, sampai-sampai bunyi.
"Gak usah ngeliatin gue gitu, norak banget baru kita cowok ganteng!" dengkus Atlantik, selesai memakaikan sabuk pengaman pada Alea, pemuda itu langsung melajukan mobilnya. Keluar dari area sekolah.
3 menit perjalanan, suasana begitu sunyi di dalam mobil. Bukan hal aneh rasanya, jika Atlantik dan Alea sama-sama diam. Yang satu gengsi, yang satu malu-malu kucing.
"Udah beberapa hari belakangan ini, aku lihat kamu jarang marah-marah, dan jarang pukulin aku lagi. Kamu udah tobat, At?" celetuk Alea memecahkan bongkahan kebisuan.
"Emangnya lo mau gue pukulin lagi?" Atlantik sontak berbalik tanya. Jujur, semenjak rutin konseling, Atlantik mulai bisa mengendalikan dirinya. Tidak lagi sifat tempramentalnya yang mengendalikan. "Lagian juga, akhir-akhir ini, lo jarang melakukan kesalahan, dan jarang bikin gue marah, Le. Kalau lo bikin kesalahan plus bikin gue marah lagi, gue pasti bakal mukulin lo lagi, siap-siap aja," imbuhnya. Alea mendelik mendengarnya.
"Eh, ini kertas bon pembelian apa?" Alea meraih sebuah kertas bon pembelian di atas dashboard mobil.
Atlantik membiarkan saja, tidak mencegah pergerakan Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTIK [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Daddy, bawa atu pulang ...." "Dedi, Dedi, nama gue Atlantik!" *** Atlantik Bratadika Negara. Pemuda dengan bentuk pahatan mendekati kata sempurna. Ketua Geng motor bernama ARVENSIS yang disegani banyak orang. Di...