Atlantik terluka secara fisik oleh Abrisam. Sementara, Samudra terluka secara batin oleh Abrisam.
Dulu, Atlantik pikir hidup Samudra itu enak. Sangat malah. Ternyata, Atlantik salah. Samudra juga sama-sama tersakiti. Dulu, Atlantik membenci Samudra karena dia selalu disayang sang papah. Dari sini, Atlantik sadar, bahwa Samudra menjadi boneka sang papah, makanya beliau begitu menyayangi Samudra. Lain dengan Atlantik yang pembangkang.
Sekitar 5 menit menunggu di depan ruang IGD, akhirnya dokter keluar membuat Atlantik bangun dari posisinya. Seperti orang kebanyakan, hal pertama saat dokter keluar yaitu bertanya.
"Pasien mengalami serangan jantung ringan. Sekarang kondisinya sedikit melemah," ucap sang Dokter.
Penyakit jantung Sam, ternyata kambuh. Gara-gara faktor turunan dari papah, dia harus kena penyakit jantung, gue gak tega liat dia kayak gini.
Atlantik diam membatin sebentar. "Saya boleh masuk, Dok?"
"Tentu. Saya ingin menghimbau, sebaiknya selama beberapa hari pasien di rawat disini terlebih dahulu, agar kondisinya benar-benar pulih."
"Baik Dok, terima kasih."
Sang Dokter mengangguk, meninggalkan sosok Atlantik di ambang pintu. Tak lama berselang, Atlantik masuk ke ruangan IGD.
Hal yang pertama dilihatnya, yaitu sosok Samudra yang terbaring pucat di atas brankar. Selang infus yang mentransfer cairan untuk masuk ke tubuhnya, terlihat sudah menancap di punggung tangan.
"Sam, lo udah baik-baik aja, 'kan?"
Samudra mengangguk lemah. "Gue baik-baik aja, At."
"Lo harus dirawat selama beberapa hari disini. Tapi lo tenang aja, gue akan jagain lo," ujar Atlantik menumpu telapak tangannya di punggung tangan Samudra.
"At, gue gak mau pulang ke rumah papah. Gue mau tinggal sama lo, boleh nggak?"
"Boleh. Lo tinggal sama gue, sekarang." Senyuman tampak terbit di bibir Samudra saat mendengar itu. "Lo sekarang istirahat ya?"
"Iya."
Atlantik bangkit dari duduknya di bibir brankar, pemuda itu membantu Samudra menyelimuti tubuhnya sebatas dada. Sebelum matanya terpejam, Samudra sempat tersenyum manis pada Atlantik. Seolah ingin memberi tahu, bahwa dirinya baik-baik saja. Namun wajahnya yang pucat, serta suaranya yang mulai memberat serak saat bicara tadi, menegaskan Atlantik bahwa sang adik tidak baik-baik saja.
Sementara Samudra tidur, Atlantik menyempatkan diri untuk menelpon Alea. Memberi tahu gadis itu bahwa hari ini, ia tak akan pulang.
"Halo? At? Kamu dimana sekarang? Aku udah masak lho, aku buat opor ayam, sayur kesukaan kamu, sama pudding. Kamu cepetan pulang ya?"
Atlantik tersenyum tipis sesaat mendengar suara yang tampak panik di sebrang sana.
"Gue gak pulang dulu ya, Lele. Maaf banget, Sam masuk rumah sakit penyakit jantung dia kambuh lagi. Gue harus jagain dia."
"Astagfirullah, aku boleh kesana nggak? Sekalian aku bawain makan buat kamu dan Sam, terus aku bawain baju buat kamu?"
"Boleh. Naik taksi ya, Le, bawa Karang kesini. Jangan ditinggal sendiri."
"Iya At. Rumah sakit apa?"
"Citra Medika. Gue masih di ruangan IGD, tapi kayaknya sebentar lagi bakal pindah ke ruangan rawat inap. Pokoknya nanti pas udah sampe telpon gue, nanti gue jemput di depan rumah sakitnya. Oke?"
"Oke Itik, bye!"
Tutt! Sebelum sempat Atlantik mengucapkan kata-kata penutup, Alea di sebrang sana malah sudah mematikan sambungan telponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTIK [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Daddy, bawa atu pulang ...." "Dedi, Dedi, nama gue Atlantik!" *** Atlantik Bratadika Negara. Pemuda dengan bentuk pahatan mendekati kata sempurna. Ketua Geng motor bernama ARVENSIS yang disegani banyak orang. Di...