26. PERGI

11.3K 1.2K 33
                                    

PLAK!!

Semua rasa sakit dan sesak di dada Atlantik, akhirnya sirna juga saat ia berhasil menampar Alea. Dengan dada kembang kempis menahan amarah, Atlantik menatap Alea dengan kobaran mematikan yang mampu membuat gadis itu bungkam.

Alea memegangi pipinya, beberapa helai rambut tampak acak-acakan dan menghalangi wajahnya. Tetes demi tetes air hujan dari pelupuk matanya mulai jatuh.

"Kenapa lo pelukan sama Skala? Kenapa lo mau dipeluk Skala, hah? Murahan ya lo, Le." Suara Atlantik memberat, ada penekanan di setiap katanya.

"Lo tau nggak? Sesakit apa gue, pas gue liat lo sama Skala pelukan?" Atlantik mendorong kasar bahu Alea. Gadis yang duduk di samping kursi kemudi itu hanya bisa diam sambil merunduk.

Alea benar-benar tak tahu kenapa Atlantik bisa tahu keberadaannya di gudang tadi. Terlebih, Alea juga tak menyangka bahwa Atlantik berani menamparnya di area sekolah. Untungnya, ini di mobil.

"JAWAB ALEA!" bentak Atlantik. Jengah merasa tak ditanggapi, Atlantik menjambak berkali-kali rambut Alea yang menjuntai ke bawah. "Jawab bangsat, atau gue bunuh lo disini?" ancamnya.

Alea mengangkat pandangan karena ancaman tersebut, ia lalu menoleh menatap Atlantik dengan wajah basah karena air mata. "Apa yang harus aku jawab, At?" Alih-alih menjawab, Alea malah berbalik tanya.

Pertanyaan singkat, namun mampu membuat Atlantik membisu. Kehilangan seluruh kosakatanya.

"Kamu sakit liat aku dan Skala pelukan?" Alea menatap Atlantik dalam, lalu menarik senyuman memilukan. "Kita imbang At, kita sama. Kita sama-sama tersakiti satu sama lain. Aku sakit liat kamu dan Alana. Sementara kamu, sakit liat aku dan Skala. Imbang, 'kan?" Pelupuk mata Alea kian membendung banyak air mata. Kedua tangannya terkepal kuat sekarang. Bahkan sosok Atlantik kini blur di matanya.

Alea mengerjap lamban, bersamaan dengan itu air matanya kembali jatuh. Menjernihkan pandangan. "Apa yang harus aku jawab, At? Hah? Apa?" tanya Alea jengah sendiri. Ia mengguncang lengan Atlantik cukup kencang sekarang.

"Hiks, kamu egois At. Kamu egois!" Tangisan Alea seketika pecah.

Atlantik diam seribu bahasa. Benar apa kata Alea, dirinya memang sangat egois. Atlantik benar-benar tak membiarkan celah ruang gerak untuk Alea dekat dengan pemuda lain selain dirinya.

"Kamu egois, At ...."

"Gue emang egois Lea. Apapun yang berhubungan dengan lo, gue akan berlaku egois. Kita emang gak ada hubungan resmi apapun, tapi lo milik gue, Le!" tegas Atlantik, sorot matanya kian berkobar api amarah dan itu sukses membuat Alea kembali bungkam.

"Gue gak akan biarin lo, dimiliki orang lain. Dan gue juga gak akan bisa memiliki lo dengan embel-embel hubungan resmi seperti pacaran ataupun hubungan lainnya, karena gue gak cinta sama lo—"

"BOHONG!" timpal Alea keras. Ia menatap Atlantik dengan dada naik turun, dan napas menderu. "KAMU BOHONG AT! KAMU CINTA AKU, 'KAN?"

Atlantik menggeleng lemah, membuat Alea mendekat dan menarik kerah seragam pemuda itu. "Kamu cinta aku, 'kan, At? Hiks ...," lirih Alea sambil mengguncang tubuh Atlantik.

"Kamu cinta aku, 'kan? Iya, 'kan? Hiks, aku tau At, kamu cinta aku dan juga cinta Alana. Tapi At, aku mohon ... jangan mencintai dua orang sekaligus dalam satu hati. Pilih salah satunya, At, hiks." Tangisan Alea terus tumpah ruah, isakannya terus menggila sambil terus mengguncang tubuh Atlantik lemah.

"Gue gak cinta sama lo, Lea." Atlantik bersuara dingin, hatinya yang sempat lemah melihat Alea menangis, kembali kuat bak batu. Ia menyingkirkan tangan Alea kasar dan mendorong tubuh gadis itu.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang