"Aww, akh, sakit Suster! Pelan-pelan!" Atlantik tak henti-hentinya meringis saat suster di hadapannya mulai mengobati luka di kedua punggung tangan serta telapak kakinya.
"Tahan At, masa jagoan gini aja kesakitan. Mana cengeng lagi, nangis terus," cibir Alea.
"Berisik, gue tampol lo!" ancam Atlantik membuat Alea membungkam.
3 menit berjalan, sang suster sudah selesai dengan pekerjaannya. Ia pun langsung keluar dari ruang UGD. Meninggalkan Atlantik dan Alea berdua disana.
"Aku udah boleh pulang," kata Alea memberi tahu. Memecahkan keheningan.
"Terus?" Atlantik kini menatapnya.
"Ayo kita pulang, kita jemput Karang. Ini udah malem, At."
"Apartemen acak-acakan, kita tidur semalem di hotel nggak apa-apa, ya?"
Mendengar, apartemen acak-acakan rasanya Alea sudah tak aneh lagi. Ia tahu betul, bahwa Atlantik pasti habis ngamuk dan berubah menjadi monster yang mengerikan.
"Ya?"
Suara Atlantik membangunkan Alea dari ilusi singkatnya. "Iya."
Atlantik tersenyum kecil, turun dari brankar pun dengan Alea. Keduanya melangkah beriringan menuju keluar.
Baru saja mau membuka pintu, Atlantik dan Alea harus dikejutkan dengan sosok Skala yang tampaknya buru-buru, dan habis berlari.
"Misi, gue mau ambil tas." Skala langsung menerobos, membuat Alea hampir jatuh untungnya Atlantik menahan pinggangnya.
"Skal, kenapa?" tanya Alea yang sadar, bahwa Skala sedang ada di fase tidak baik-baik saja.
"Alana ... dia masuk rumah sakit, keadaannya drop," jawab Skala buru-buru. Menyampirkan tasnya di pundak dan langsung kembali pergi.
"Alana, drop?" Atlantik bergumam, melepaskan pegangan tangannya di pinggang Alea dan langsung berlari menyusul Skala.
"SKALA TUNGGU! GUE IKUT!" teriak Atlantik.
Alea diam, dengan mulutnya yang kelu. Rasanya kehabisan kata-kata untuk bisa mencegah Atlantik.
"Katanya kamu cinta aku, tapi kenapa kamu masih peduli sama Alana, At?" gumam Alea parau.
***
Sambil menahan pusing yang sedikit kunang-kunang, Alea berjalan keluar area rumah sakit. Namun, baru saja menghirup udara segar ia langsung dikejutkan dengan sosok Atlantik di depan sana, terlampau beberapa langkah dengannya.
Alea langsung mempercepat langkahnya, menepuk pundak Atlantik agar pemuda itu sadar akan keberadaannya, dan berdiri di samping.
"Kenapa kamu disini? Nggak jadi kejar Skala buat nemuin Alana?"
Dengan napas tersengal, Atlantik menggeleng. "Gak ke kejar. Padahal, gue khawatir banget sama Alana. Kira-kira dia di rawat dimana ya? Lo tahu nggak?" Ia menoleh, menatap Alea yang masih mengenakan baju rumah sakit, dengan balutan jaket hitam miliknya.
"Aku nggak tau, mau aku coba chatt mamahnya Alana?"
"Boleh. Coba chatt, cepet!"
Alea langsung mengeluarkan ponsel di tasnya. Menyalakan data dan mengirimkan pesan kepada mamah Alana.
Anda: assalamualaikum Tante, Alea izin tanya, Alana masuk rumah sakit mana?
"Udah di bales?" tanya Atlantik tak sabaran.
"Belum, At. Sabar," jawab Alea sambil mengusap-usap lengan Atlantik.
Tring! Panjang umur, ternyata langsung ada balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTIK [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Daddy, bawa atu pulang ...." "Dedi, Dedi, nama gue Atlantik!" *** Atlantik Bratadika Negara. Pemuda dengan bentuk pahatan mendekati kata sempurna. Ketua Geng motor bernama ARVENSIS yang disegani banyak orang. Di...