21. LIST HARAPAN

9.6K 1.1K 101
                                    

Apa yang tak diinginkan, untungnya tak kejadian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang tak diinginkan, untungnya tak kejadian. Disaat tubuh Alea hampir saja meluncur dari atas pembatas rooftop, tiba-tiba dengan heroiknya dua orang bersamaan, kompak menahan kaki Alea. Menarik tubuh gadis itu, dan membawanya turun dari pembatas rooftop, walaupun pendaratannya kurang mulus, dan berimbas jatuh.

Jeritan para murid terhenti, beberapa orang yang menutupi wajahnya kini menurunkan tangan dan menyaksikan tak ada lagi Alea di atas sana. Tidak terjun, namun dia berhasil diselamatkan entah oleh siapa.

Brak!

Tubuh Alea jatuh, menubruk dua dada bidang pemuda di bawahnya. Ringisan, serta benturan kepala yang menyentak permukaan rooftop, terdengar ngilu.

Alea mengusap wajahnya dengan dada bergemuruh dan embusan napas yang tak beraturan. Ia memeluk salah satu tubuh pemuda di bawahnya, lalu menangis masih syok dan ketakutan.

Skala meringis hebat, saat tangannya yang masih di bidai karena patah, malah menyentak permukaan rooftop yang kasar. Tapi tak apa, setidaknya ia bisa menyelamatkan Alea. Namun sayang, saat Skala menoleh ke samping rupa-rupanya Alea memeluk sosok Atlantik erat. Menumpahkan segala ketakutannya di dada bidang pemuda itu.

Biarpun Atlantik yang lo peluk, gue ikhlas, Lea. Yang penting lo selamat, dan gue berhasil selamatin lo.

Skala membatin, tersenyum getir lalu menatap langit biru di atasnya.

Darah mengalir sedikit deras, dari kepala bagian belakang Atlantik. Karena benturan cukup keras, dia harus kena imbas paling parah. Namun ia tak merasakan sakit sedikitpun, semua perhatiannya kini tertuju pada Alea. Gadis itu memeluk Atlantik kian erat dan menangis hebat.

"Alea, lo nggak apa-apa?" tanya Atlantik dengan napas tersengal.

"Hiks, At ... takut, hiks."

Pelan-pelan, Atlantik bangun begitu juga dengan Alea. Tidak berdiri, tapi duduk. Tanpa mengatakan apapun, Atlantik menarik tangan Alea dan membawanya ke dalam dekap.

Samudra yang baru saja datang, menghentikan langkahnya di pintu rooftop. Semua yang terjadi sekarang di depannya menegaskan, bahwa dirinya terlambat. Bagaimana tidak terlambat? Samudra harus banting stir menaiki tangga, karena lift tiba-tiba ada gangguan.

Dengan napas tersengal hebat, dan keringat yang membebat, Samudra harus menelan pil pahit dengan pemandangan di depannya.

Maaf Lea, gue telat. Tapi gue lega, karena lo nggak apa-apa.

Tak tinggal diam di tempat saja, melihat Skala masih terbaring, Samudra langsung tergerak hati membantu pemuda itu untuk duduk.

"Hiks, At ...."

"Sutt, gue disini, Lele. Jangan takut, lo selamat, lo aman," bisik Atlantik mengusap-usap punggung Alea.

"At, kepala lo berdarah tuh," ucap Samudra memberi tahu.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang