5. GARA-GARA COKLAT

10.7K 1.3K 73
                                    

Dear Atlantik

Aku juga senang bisa kembali ke sekolah. Aku hargai perasaan kamu ke aku, At. Tapi maaf ... aku belum bisa balas perasaan kamu. Tapi tenang aja, kita bisa berteman dulu kok. Sampai saat ini, tidak ada laki-laki spesial di hati aku. Aku masih mencoba, dan semoga nanti, kamu yang akan dapat tempat spesial di hati aku.

Alana.

Ada sedikit rasa kecewa yang terbesit di hati Atlantik. Namun, sebisa mungkin ia tetap biasa saja dan tak terlalu larut dalam rasa kecewanya itu. Walaupun, Alana belum bisa membalas perasaannya, setidaknya suratnya dibalas saja, Atlantik sudah senang.

Sambil menggulung kembali kertas di tangan. Atlantik yang tengah nongkrong di atas motornya pun, mulai sedikit jengah karena sedari tadi orang yang ditunggunya tak kunjung datang.

Alea, adalah orang yang Atlantik tunggu. Sesuai perjanjian, bahwa Atlantik akan mentraktir Alea makan bakso di warung Mang Uya. Mumpung, anak ARVENSIS sedang berada di markas kebesaran dan tidak nongkrong di warung Mang Uya, jadinya Atlantik berani membawa Alea kesana.

"Alea kemana sih, kebiasaan banget lelet!" gerutu Atlantik jadi kesal.

"Atlantik!" Panjang umur, akhirnya yang Atkantik tunggu datang juga. Alea berlari sambil menenteng sebuah kantong plastik.

Atlantik sudah memasang raut wajah marah. Tak pelak membuat Alea yang baru saja sampai di hadapannya, jadi bungkam.

"Lama amat sih lo, buang-buang waktu!"

"Maaf, At. Aku habis beli salad buah dulu, buat Karang. Ngantri, makanya lama," terang Alea sambil mengangkat kantong plastik di tangannya.

"Terserah lo. Cepetan naik, nanti ada murid lain liat, kan gue malu!"

"Kamu malu bonceng aku, At?" tanya Alea.

"Ya iyalah!" jawab Atlantik ngegas. "Mikir napa ya, punya otak, 'kan? Lo tuh jelek, masa iya seorang Atlantik yang cakep bonceng cewek jelek kayak lo. Lo tuh bikin malu, makanya cepet naik!"

Mata Alea memanas mendengar itu, hatinya benar-benar tertusuk dengan ucapan Atlantik. Jika saja, Alea tidak takut akan hukuman jika membantah perkataan Atlantik, mungkin ... Ia akan pergi sekarang juga.

"Naik Alea!" suruh Atlantik dengan volume suara meninggi.

Alea buru-buru naik, ia berpegangan ke ujung jaket Atlantik kuat. Atlantik melajukan motornya kencang, membuat Alea sedikit ketakutan.

***

"Gimana sekolah kamu, lancar?" tanya Abrisam pada putra bungsunya yang kini tengah terduduk di meja belajar.

"Lancar Pah," jawab Samudra dengan jemari bergerak lihai, menuliskan jawaban di buku tulisnya.

"Gimana kakak kamu, buat ulah lagi?"

"Biasalah, dia kan hobinya emang buat ulah terus."

"Kayaknya dia sekarang, tinggal di apartemen ya Sam," terka Abrisam.

"Kenapa?" Samudra menengadah menatap sang papa. "Emangnya Papah peduli sama Atlantik?"

"Papah hanya menerka, Sam."

"Jadi Papah beneran nggak peduli sama Atlantik?" tanya Samudra lagi.

"Papah peduli sama dia, hanya saja Atlantik yang belum sadar akan itu," jawab Abrisam pelan.

"Nanti malem, habis mengerjakan tugas. Aku bakal coba cek ke apartemen dia. Buat mastiin, apa dia beneran tinggal di apartemen atau nggak." Samudra tersenyum tipis.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang