1 hari kemudian ....
Para murid SMA URANUS baru saja bubar dari lapangan. Setelah melakukan upacara bendera, mereka langsung berhamburan ke segala arah. Dan arah paling sesak yang banyak dikunjungi, adalah kantin. Surga dunianya para murid.
Brak!
Alea terjerembab ke depan, berciuman dengan lantai saat sebuah kaki menjulur dengan sengaja. Alea melihat, sepasang sepatu Converse hitam tersaji di depannya, mendongak ke atas, rupa-rupanya Atlantik.
"Bangun!" suruh pemuda yang berdiri tegap sambil bersedekap dada itu.
Alea langsung bangun, mengusap-ngusap dengkulnya yang sedikit kotor. Tanpa mengatakan apapun, ia berusaha menerobos pergi, namun Atlantik menahan tangannya. Mencengkramnya kuat-kuat, membuat Alea tertahan di tempatnya.
"Lepas, aku mau ke kantin," decak Alea. Meronta, namun semuanya sia-sia. "Atlantik!"
"Bacot!" Dengan gerakan kasar, Atlantik menarik tangan Alea, dan membawanya pergi ke tempat lain.
Bruk! Alea disudutkan ke pojokan, kedua tangannya kini dikunci di belakang. Di depannya, Atlantik sudah mengukungnya dengan satu tangan yang menempel di dinding samping kepala Alea.
Sialnya, Atlantik membawanya ke dalam markas ARVENSIS, dimana tak ada seorang pun selain keduanya. Mana jauh dari ruangan lain, Alea jadi tak bisa meminta tolong.
Ingin berteriak pun, terasa percuma karena tak akan ada yang mendengar.
"Kamu mau apa, sih?!" pekik Alea jengah.
"Mau balas dendam," ucap Atlantik dengan suara beratnya.
"Balas dendam apa?!"
"Balas dendam yang tempo lalu, dimana lo kasih gue makan kuning telur, bawang putih, dan sambel!" tandas Atlantik.
"Bocah banget sih kamu, At. Segala balas dendam segala," sebut Alea. Terus berusaha berontak, namun Atlantik terus mencengkeramnya kuat.
"Lo yang bocah! Lo siksa gue, pake cara kelemahan gue!" tandas Atlantik.
"Itu belum seberapa!" seru Alea.
"Lo kenapa sih, Le? Akhir-akhir ini makin berani nantang gue, hah? Mau gue siksa lo, hah?"
"Aku nggak takut!" Dengan segala keberanian, Alea menekankan kalimat itu di hadapan wajah Atlantik. "Siksa aku, bunuh aku sekalian!"
"Ck, ck, bener-bener nantang lo!" Atlantik menghempas tubuh Alea kasar seraya melepaskan cengkeramannya.
Atlantik berarak, menyambar sebuah tali tambang.
"Mau apa kamu, At?!" Alea menahan langkah Atlantik, gadis itu berangsur menjauh.
"Sini lo, SINI KATANYA GAK TAKUT GUE SIKSA!" pekik Atlantik.
Alea meneguk ludah, sebisa mungkin ia tak takut. Saat berusaha kabur, Atlantik dengan cepat memeluknya dari belakang. Mengunci pertahanan Alea, dan membawa gadis itu ke pilar markas. Dengan segala upaya yang dikerahkan, Atlantik mengikat Alea di pilar besar markas ARVENSIS.
"Lepas Atlantik! Sebentar lagi jam pelajaran!" teriak Alea.
Seolah tuli, Atlantik malah terus mengelilingi tubuh Alea dengan tali tambang. Mengikatnya kuat-kuat, hingga gadis itu tak bisa berkutik sedikit pun.
Atlantik berdiri di hadapan Alea, mengukung gadis itu dengan kedua tangannya. Alea buang muka, namun Atlantik menarik dagunya kasar. Memaksa gadis itu untuk menatapnya.
Atlantik mencengkram kuat-kuat wajah Alea. "Lo nantangin gue, jadi terima akibatnya Alea Pranadita!" tekannya, dengan sorot mata setajam silet.
Menghempaskan wajah Alea kasar, Atlantik bergerak menghampiri meja kecil di dekatnya. Ia mengambil sebuah botol berisikan air bening dengan label CUKA MAKAN. Atlantik bersyukur karena air asam itu ada di markasnya. Tidak hanya itu, Atlantik mengeluarkan sebuah bubuk cabai di dalam kantong celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTIK [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Daddy, bawa atu pulang ...." "Dedi, Dedi, nama gue Atlantik!" *** Atlantik Bratadika Negara. Pemuda dengan bentuk pahatan mendekati kata sempurna. Ketua Geng motor bernama ARVENSIS yang disegani banyak orang. Di...