46. Hari Penobatan

167 30 0
                                    

"Aku bahagia untukmu, sekaligus merasa tidak bahagia karena aku bukanlah pencipta kebahagiaanmu."

[Our Destiny : 10 - 07 - 2021]

*****

Eunbi menatap Halaman Utama dari kejauhan dengan tatapan nanar, ia menghela berat nafasnya saat melihat banyak hiasan berwarna merah yang terpajang disetiap sudut halaman.
Akhirnya, hari penobatan telah tiba.

Jujur .. jika orang lain menanyakan bagaimana dengan perasaannya, tentu saja ini terasa sakit.

Tapi apa yang bisa dia lakukan? dia bukanlah wanita penting yang ada di hati Sang Raja.

Meski kemarin dia sempat memberikan rangkaian bunganya kepada Raja, tapi dia tetap merasa kalau Raja tidak pernah menaruh perasaan untuknya.
Bahkan yang mengambil rangkaiannya kemarin juga hanyalah Kasim Wang, Raja seperti sedang menghindarinya sejak pertemuan dua hari lalu. Saat dia dan dirinya dipertemukan oleh Sara dan juga Seokjin di Halaman Istana.
Kasim Wang juga mengambil rangkaiannya, dibarengi oleh hadiah dari Selir Yoon untuk Raja.

Itu berarti rangkaian miliknya bukanlah sesuatu yang spesial bukan.

"Nona Eunbi, apa anda ingin kesana?" tanya Ryu yang berdiri dibelakang Eunbi.

"Tidak .. aku akan pergi saat acara sudah dimulai."

"Aku mengerti, dengan yang anda rasakan." lirih Ryu.

"Terimakasih karena sudah mengerti, dan terimakasih juga karena kau selalu membantuku di dalam sini."

"Anda adalah sosok yang ingin di lindungi oleh Ibu Suri, tentu hamba akan selalu membantu anda. Tapi soal racun itu, maaf karena hamba masih belum mendapatkan apapun."

"Aku sudah bilang bukan, tenang saja. Jangan kau pikirkan itu, kita masih bisa menyelidikinya lagi nanti."

Ryu yang berada dibelakang Eunbi hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu membiarkan Nonanya kembali fokus menatap Para Pelayan yang tengah sibuk dengan persiapan acara hari ini.

Sedangkan ditempat yang berbeda, Sara hanya tersenyum tipis menatap pantulan wajahnya dari cermin.

Bahkan dengan senang hati, Dayang Xin memoleskan sedikit pewarna pipi agar Ratunya tak terlihat pucat.

"Apakah aku terlihat cantik?"

"Tentu saja, warna merah di pakaian anda begitu sangat cocok dengan warna dikulit anda." Pujinya.

Sara sendiri yang mendapatkan pujian hanya tertawa kecil, lalu tiba - tiba sebelah tangannya kembali memegang bagian perutnya yang
lagi - lagi terasa sakit.

"Ada apa? perut anda sakit lagi?"

"Tidak, aku tidak apa." senyuman di wajah Sara memang hanya sebuah kebohongan, bahkan Dayang Xin merias wajah Sara saja harus setebal mungkin agar tak terlihat pucat di Hari Penobatannya.

"Apakah tidak baik kita memanggil Tabib Du dulu, sebelum anda pergi ke Halaman Utama?"

"Aku tidak selemah itu Dayang Xin, lagipula aku sudah meminum obat buatannya. Setelah ini aku akan baik - baik saja apa kau tidak percaya?"

"Baik .. hamba percaya dengan anda." Dayang Xin memasangkan hiasan terakhir di kepala Sara, sebelum ia membantunya untuk berdiri.

"Pastikan, kalau Raja selalu memandangku ya." senang Sara karena riasan wajah yang dilakukan oleh Dayang Xin.

"Ya .. hamba akan memastikan kalau Raja tidak berpaling dari pandangan anda."

Keduanya pun sama - sama tertawa, sebelum mereka meninggalkan Istana.

Our Destiny [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang