Chapter 10 - Aku Yang Lain

84 77 210
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Jam berapa kalian baca ini?

Lagi sibuk kegiatan apa akhir-akhir ini?

Bintangnya dipencet dulu ya.

Play List Kamu|| Aku Kamu Yang Lain ~ Raissa Anggiani

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Selayaknya hujan, kamu nyata dalam pandangan, tetapi selalu gagal untuk kugenggam.
🍁🍁🍁

Langit biru berubah menjadi mendung. Awan kelabu berkumpul menutupi sang raja langit. Kristal putih dari langit berjatuhan di bumi. Membuat tanah serta dedaunan menjadi basah.

Cinta suka hujan. Karena baginya, hujan mempunyai alunan musik tersendiri saat derainya bergesekan dengan bumi. Sangat alami. Apalagi aroma petrichor hujan menjadi terapi tersendiri.

"Musikalisasi hujan," kata Cinta, sambil mengulum senyumnya.

Hujan itu kuat, selalu bangkit lagi walaupun jatuh berkali-kali. Namun, ada saja yang membencinya. Padahal, kalau gak ada hujan, sumur-sumur menjadi kering.

Seperti sekarang, Cinta dapat melihat orang-orang berlarian sambil membawa payung. Ada juga yang menjadikan tas mereka sebagai penutup kepala.

"Udah sore lagi, Bunda pasti nyariin." Cinta melirik arloji di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul 16.00 WIB.

Sudah hampir sepuluh menit sejak Cinta pulang dari sekolah, dia menunggu kendaraan umum di halte, nahas belum ada satupun yang lewat.

Ya untungnya, Cinta tidak menunggu sendiri, ada teman sekolahnya yang lain, dan ibu-ibu yang membawa barang belanjaan.

Tiba-tiba sebuah mobil Mercy berwarna putih berhenti di depannya. Sang pemilik turun dari mobil, berlari menujunya dengan kedua tangan sebagai payung.

"Rama?" Cinta terkejut melihat orang itu.

"Kamu udah lama si sini? Pulang sama aku aja, yuk?" Belum sempat Cinta menjawab, tangannya sudah dicekal duluan oleh Rama.

Rama yang sadar akan hal itu segera menarik tangannya. "Sorry."

Rama membuka jas seragamnya, untuk menutupi kepalanya dan kepala Cinta. "Ayo."

Sambil berjalan, Cinta mendongak, menatap wajah teduh Rama yang memayunginya. Sesekali Rama menunduk sambil tersenyum, melihat raut cantik Cinta dalam rengkuhannya.

Rama membukakan mobil untuk Cinta, lalu ia memutari mobil dan masuk ke kursi pengemudi.

"Ram, emang gak ngerepotin, kamu nganterin aku pulang. Apalagi rumah kita beda arah."

Sambil memasang seatbelt-nya, Rama berkata, "Gapapa, Nta. Justru aku seneng bisa nganter kamu pulang. Daripada kamu nunggu di halte sendirian."

Rama mulai melajukan mobilnya. Sentara Cinta, perhatiannya teralih pada hujan yang berjatuhan di kaca mobil sampingnya. Jemarinya terulur menyentuh aliran hujan dibaca yang berembun dan memainkannya.

Cinta membentuk emoji senyum di sana, sesuai suasana hatinya sekarang. Tenang karena hujan, dan karena ada Rama di sampingnya.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang