Chapter 47 - Dilema

27 20 192
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Gimana kabarnya?

Maaf baru bisa update lagi ya.

Ada acara sehabis lebaran ini. 

Terus mood suka banget berubah, jadi agak males buat nulis. Wkwk.

Semangatin aku dong.

Caranya cukup vote dan komen setiap paragraf.

Play List Kamu|| Terlanjur Cinta ~ Rossa feat Pasha

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Cinta yang tulus adalah dua orang yang tidak boleh menghakimi satu sama lain. Karena sejatinya, cinta itu saling mengerti, bukan memperkusi.
🍁🍁🍁

Tawa tidak pudar dari Cinta sejak tadi. Cinta akan senang ketika Rama membuat lelucon konyol, dan Cinta tertawa ketika Rama menggelitiki pinggulnya. Dia hanya berharap, hal ini akan terus dia rasakan bersama Rama, selamanya.

"Udah, Ram, geli." Cinta menyerah. Dia mengibarkan bendera putih pada Rama.

"Salah sendiri, aku udah berusaha buat puisi, kamu malah ngeledek." Rama tidak tega melihat Cinta yang kegelian. Dia juga tidak mau kalau nantinya Cinta malah ngompol di celana.

"Ya kamu abis buat lelucon malah baca puisi. Tau sendiri, kamu lemah kalau bikin puisi. Pakai dipaksain lagi. Siapa sih gurunya?" Cinta menyipitkan mata. "Jangan bilang Kak Ciko?"

"Memang dia," aku Rama. "Dia bilang, waktu nembak Tiya dulu pakai puisi begitu, terus diterima deh. Jadi, aku minta ajarin dia."

"Kamu ada-ada aja." Cinta terkekeh. "Kak Ciko aja buat puisi untuk Tiya absurd banget. Eh, kamu malah ikutan."

"Lagian ya, tanpa dibuat sajak, kamu itu udah jadi puisi terindah dalam hidup aku," lanjut Cinta dengan senyum indah yang menghiasi wajahnya.

"Ternyata tunangan sekaligus pacar aku, lebih romantis dari aku, ya." Rama mencubit hidung Cinta gemas.

"Udah malem, pulang, yuk, nanti Bunda nyariin," ucap Cinta.

"Sebenernya, Bunda sama keluargamu udah tau kalau aku ngasih kejutan ini ke kamu." Rama memberitahu. "Tapi aku harus nganter kamu pulang sebelum jam 12 malam. Takutnya, Cinderella-ku ini berubah wujud nanti."

"Enak aja. Aku kan gak pakai sihir apa-apa."

"Meski begitu, aku selalu terhipnotis sama tatapanmu, Cinta."

Cinta melirik arloji di pergelangan tangannya. "Pulang, yuk, udah jam 11 lebih, kita udah lama di sini."

Rama mengangguk. "Oke. Lagian, nanti kalau lebih dari 12, Cinderella-ku berubah lagi."

"Enak aja. Aku bukan Cinderella tau."

"Iya. Kamu itu bukan Cinderella, tapi Dewi Shinta, istrinya Dewa Rama."

"Dih, ngelantur."

Keduanya keluar dari gedung tersebut. Rama membukakan mobil untuk Cinta, lalu dia memutari mobil untuk duduk di kursi kemudi.

"Pakek." Rama melepaskan jasnya, lalu memakaikannya pada tubuh Cinta. Walaupun mereka menggunakan mobil, tetap saja ac mobil terasa dingin untuk Cinta. Buktinya saja, bibir gadis itu tampak sedikit pasi.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang