Chapter 4 - Serpihan Memori Kecil

112 87 293
                                    

Hola. Apa kabar kalian?

Semoga baik ya.

Kembali lagi di lapak Irama Cinta.

Play List Kamu|| Nadin Amizah ~ Seperti Takdir Kita yang Tulis

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Dalam hidup, terkadang hal yang kita inginkan tidak berkelanjutan. Bahkan, mempunyai kemampuan untuk menghancurkan. Namun, apa pun yang terjadi, hidup tidak akan pernah berhenti.
🍁🍁🍁


"Itu gitarnya, Kakak?"

Cinta gelagapan, suara adiknya yang cukup keras bisa saja membuat bundanya datang kemari. Cinta mengarah pada pintu yang terbuka, lalu menutupnya dengan segera.

Cinta kembali mendekati adiknya yang sedang mengamati gitar miliknya. Tangan Melody terulur, memetik senar gitar tersebut cukup keras. Sampai salah satu senarnya terputus.

"Ody!" geram Cinta tertahan.

Di tempatnya duduk, Melody meringis, menatap malang senar yang putus di tangannya. "Maaf, Kakak. Ody gak sengaja."

Cinta berjongkok, mengelus rambut adiknya. "Iya, gapapa. Bukan salah Ody juga, kok. Emang gitarnya juga udah tua. Jadi gampang patah senarnya kalau dipetik keras."

Melody masih merasa bersalah. Namun, sentuhan dan kalimat penenang dari Cinta, membuatnya merasa lebih baik.

"Itu gitarnya Kakak apa Ayah memangnya?" tanya Melody. "Tapi bukannya punya Ayah udah dijual."

Cinta menggigit bibirnya. "Sebenarnya gitar ini punya Kakak. Kakak beli bekas dari tabungan uang saku. Ody tau sendiri, kan, kalau dari dulu Kakak pingin banget main musik, tapi sama Ayah gak dibolehin. Ody mau, kan, rahasiain ini dari Ayah?"

Melody menatap wajah cantik kakaknya, lalu menganggukkan kepala. "Iya, Kak. Ody janji, Ody gak akan bilang ke Ayah soal ini. Sama Bunda juga."

Cinta tersenyum, dia beruntung mempunyai adik yang pengertian. Walaupun umur mereka terpaut lima tahun lebih, tetapi keduanya sering sehati dan sefrekuansi.

Gadis kelas enam SD itu berucap, "Ody juga pingin main musik juga, Kak. Waktu itu di sekolah di adain lomba nyanyi, tapi sama Ayah Ody gak boleh ikut."

Raut wajah lesu Melody membuat Cinta ikut sedih. Adiknya tersebut mungkin juga menyukai musik sama seperti dirinya. Arti nama adiknya sendiri artinya melodi, alias alunan nada. Tentu saja orang luar pun akan mengaitkan namanya dengan musik.

"Ody, dengerin Kakak, ya. Nanti kalau Kak Cinta udah bisa main alat musik, Kakak bakal ajarin kamu."

Sorot mata Melody yang sendu berubah berbinar. "Beneran, Kak?"

Cinta menganggukan kepalanya. "Iya dong. Tapi nanti, sekarang Kak Cinta mau belajar dulu."

"Yaudah, kalau gitu, Ody keluar dulu, Kak. Mau main sama Kenn."

"Ody, ini udah petang tau, nanti dicariin Bunda."

"Ih, Kakak, kayak mau ke mana aja. Orang cuma sebelahan, kok. Lagian, Tante Lana ngundang Ody buat makan malem di sana bareng Kenn sama Om Willy."

"Yaudah. Yang penting Ody izin juga sama Ayah Bunda."

"Siap Kakakku." Melody mencium pipi Cinta, lalu berdiri dari sana. "Dada, Kakak."

Cinta hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat tingkah adiknya yang mengacur begitu saja. Meskipun hari sudah mulai petang, tetapi Cinta tidak terlalu khawatir jika adiknya bermain dengan Kenn---tetangga rumahnya sekaligus teman baik  Melody. Bahkan, mereka berdua selalu pulang dan berangkat sekolah bersama. Dimana pun ada Melody, di situ pasti ada Kenn. Tak heran jika ayah bundanya serta orang tua Kenn ingin menjodohkan mereka.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang