Chapter 51 - Keikhlasan

45 17 168
                                    

Hai. Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Jangan lupa siapin tisu ya. Baca sampai akhir, jangan di skip.

Tinggalkan jejak sebelum baca.

Jangan lupa vote, komen, dan share ya.

Play list kamu|| Keisya Levronka ~ Tak Ingin Usai

Berharap suatu saat nanti
kau dan aku bertemu lagi
seperti yang kau ucapkan sebelum kau tinggalkan aku. 🎶🎶

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Setiap orang berpetualang untuk mencapai tujuan. Namun, mereka terkadang lupa, bahwa akhir dari perjalanan adalah kematian.
🍁🍁🍁

Rama menegakkan tubuhnya yang terasa pegal. Semalam, dia begadang untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Beruntung, rasa malas tidak menyambar seperti biasanya, karena kiriman pesan dari Cinta.

Jujur, kalimat manis yang Cinta kirimkan padanya melalui ponsel menjadi penyemangat sendiri untuknya. Namun, hati Rama merasa cemas, seolah kalimat yang Cinta kirimkan untuknya sebuah pesan terakhir yang manis.

Apalagi, semalaman hujan turun dengan deras. Disertai juga Guntur yang begitu menggelegar. Padahal, dua hari sebelumnya cuaca terlihat cerah. Memang susah diprediksi.

"Cinta udah nyampe bandara belum, ya?"

"Ram. Rama!"

Rama langsung membukakan pintu kamar, ketika Intan, mamanya mengetuknya dengan keras .

"Kenapa, Ma? Kok Mama panik gitu?"

"Kamu udah denger berita belum?"

"Berita apa?"

Intan tidak sanggup menjawab pertanyaan putranya. Dia hanya menunjukkan informasi yang dia dapat dari media sosial pada anaknya.

Sontak, Rama menganga tidak percaya. Sampai-sampai ponsel Intan yang berada di tangannya jatuh ke bawah. "Ini gak mungkin."

"Kalau kamu gak percaya, lihat berita di televisi sekarang."

Rama langsung menghidupkan televisi yang ada di kamarnya. Dia terkejut, berita yang muncul adalah pesawat jurusan London-Indonesia mengalami hilang kontak pada pukul 04.30 WIB di ketinggian 38.000 kaki di atas permukaan laut.

Lalu, di tampilkan data dan foto korban yang menumpangi pesawat tersebut. Mata Rama membelalak, saat dia membaca nama Cinta di sana.

"Gak mungkin. Ini pasti mimpi." Air mata Rama meluncur tanpa di minta. Tubuhnya terasa lemas, bahkan dia hampir jatuh jiga tidak menopang pada sandaran kursi.

"Rama kamu tenang, ya. Kita tunggu kabar selanjutnya saja."

"Rama gak bisa diam di sini, Ma. Rama harus pergi."

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang