Chapter 14 - Tekat Yang Kuat

64 64 158
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Kita simbiosis mutualisme, ya. Kalian vote, komen, dan aku lanjut nulis chapter selanjutnya.

Absen pakai minuman favorit dong.

Play List Kamu || Reza Darmawangsa - Im In Love

Happy Reading

🍁🍁🍁
Omongan orang lain itu, ada dua jenis. Ada yang memotivasi, ada juga yang menyakiti hati. Jadi, ambil yang bagimu perlu, sisanya anggap saja angin berlalu.
🍁🍁🍁

Jam menunjukkan pukul 10.00 malam. Namun, Cinta masih tetap terjaga. Ia tak sabar bermain gitar miliknya yang berhasil dia selundupkan ke dalam kamar.

"Aman belum, ya?"

Cinta bergumam, tetapi detik berikutnya dia mendengar suara ensel pintu yang akan dibuka. Heri masuk ke dalam kamar, Cinta pura-pura tertidur sambil mendengkur pelan.

"Udah tidur ternyata, tapi lampu kamarnya, kok, masih nyala?" Heri mematikan saklar lampu, hanya tersisa lampu tidur saja yang masih menyala. "Mungkin Cinta lupa matiin," pikirnya.

Heri mengusap surai sepunggung milik Cinta. "Anak Ayah sudah dewasa. Maafin Ayah, ya, Nak, maafin Ayah yang ngelarang keinginan kamu untuk jadi musisi. Tapi asal kamu tau, Nak, Ayah melakukan ini demi kebaikan kamu."

Cinta mengulur sedikit waktu untuk berpikir, Ayahnya adalah sosok yang pekerja keras, gigih dan luar biasa, tetapi Cinta mendengar isak tangis dari ayahnya.

Cinta merasakan kecupan singkat di dahinya oleh sang Ayah, sebelum akhirnya Heri keluar dari kamarnya.

Memastikan Heri sudah pergi, lantas Cinta menyibak selimutnya. "Kalau Ayah sampai nangis, berarti ada hal tentang musik yang Ayah sembunyikan dari aku?"

"Maaf, Ayah. Cinta ingkar janji. Cinta sudah terlanjur jatuh cinta dengan musik." Cinta beranjak turun, mengambil gitarnya yang ia sembunyikan di kolong kasur.

Lantas Cinta memainkannya dengan irama nada kesukaannya. Untung saja kamar orangtuanya ada di lantai bawah, jadi ayahnya tidak akan mendengar.

***

Aula sekolah dipenuhi oleh siswa-siswi yang mengikuti eskul musik, eskul tari dan eskul teater. Entah pengumuman mendadak apa yang mengharuskan mereka berkumpul di sini.

Rama, Ravish, dan Ciko berdiri di depan. Ya, merekalah tersangka yang mengumpulkan semua anggota eskul seni.

"Selamat Pagi, semua. Terima kasih sudah berkenan hadir di acara aula. Di sini, saya Irama Pramudya selaku ketua dari eskul teater sekaligus pengurus acara amal minggu depan, ingin memberitahukan hal penting untuk kalian." Kini, semua mata tertuju pada Rama yang berbicara, tak terkecuali Cinta.

"Untuk acara amal besok, sekolah kita harus menunjukkan penampilan terbaik. Karena uang sumbangannya, akan didonasikan bagi mereka yang membutuhkan," lanjut Rama, mengabsen satu per satu orang yang ada di sana dengan matanya. "Untuk itu, saya minta kerja samanya dari semua eskul."

"Maksud dari teman saya, Rama. Jadi saat penampilan eskul teater, ada penampilan tari dan musiknya juga. Biar ada jeda," sahut Ravish. "Karena pada dasarnya eskul teater sering mengganti pakaian dalam beberapa babak. Jadi, di sela-sela itu, anak eskul musik dan tari tampil sesuai arahan."

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang