Chapter 11 - Shira Berulah

77 70 180
                                    

Dear kamu yang sedang membaca ini, semoga sehat selalu, ya.

Apa pun yang menjadi keinginanmu, pasti akan tercapai, kok. Meskipun gak sekarang.

Waktu masih panjang untuk menggapai semua itu. Jangan terpatok oleh angka dan kesuksesan orang lain.

Play List Kamu || Jaz - Kasmaran

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Pada dasarnya, ada beberapa cara kerja semesta yang berada di luar kendali kita, termasuk jatuh cinta.
🍁🍁🍁

Suara deting sendok beradu dengan piring menghiasi suasana makan malam di kediaman keluarga Pramudya. Di meja makan itu, diisi oleh Rama, Intan dan juga Roy, ayah dari Rama.

"Dari mana tadi kamu? Pulang-pulang pakai baju gembel kayak gitu." Di sela-sela aktivitas makannya, Roy berbicara.

Dengan susah payah Rama menelan makanannya. Bukan karena masakan Intan tidak enak, melainkan dia tidak suka dengan perkataan Roy yang menghina baju milik ayah Cinta yang melekat di badannya itu.

Sepulang dari rumah Cinta, Rama belum sempat mengganti bajunya, dia lebih dahulu makan malam bersama keluarga, itu pun Intan yang minta. Jarang sekali Rama makan semeja dengan Roy, hubungan anak dan ayah ini memang kurang baik setahun belakangan. Rama pikir, dia bisa memperbaiki hubungannya dengan sang ayah, rupanya keinginanya hancur di tengah jalan.

"Rumah temen," ucap Rama tanpa menoleh.

"Tadi Shira di sini nanyain kamu. Kasian dia nunggu sejam lebih kamu gak pulang. Emang kamu gak nganter Shira pulang tadi?" tanya Roy, sebetulnya, sudah sejak lama dia menginginkan Shira bertunangan dengan anaknya, dengan begitu bisnisnya semakin melebar.

Rama tidak habis pikir dengan ketamakan yang dimiliki papanya. Sampai dia bingung seluk mana lagi yang harus dia jinakan? Di dunia ini banyak kesenangan yang bukan berasal dari kekayaan dan kepopuleran. Namun, yang Roy pilih hanya celah sempit yang dia pikir kesenangan yang bisa dihidangkan pada anaknya.

Rama meletakkan peralatan makannya. "Papa bisa gak, sih, gak usah bawa-bawa Shira? Udah berapa kali Rama bilang kalau Rama gak suka sama dia? Jangan Papa manfaatin anak kandung Papa, demi kepentingan bisnis."

"Berani kamu, ya?!" Amarah Roy melebar.

"Udah, Mas, udah." Intan melerai, dia melirik anaknya. "Tolong, jangan berantem saat lagi makan. Rama, kamu udah janji mau baikan sama Papa."

"Rama bisa aja, Ma. Tapi Papa malah mancing gara-gara."

"Anak durhaka! Beraninya menyalahkan ayahnya sendiri."  Roy berkomentar, bahkan matanya tidak pernah lepas dari Rama. "Papa hanya ingin yang terbaik dengan kamu. Pasangan dari keluarga terpandang. Kalau kamu tunangan sama Shira, maka Pramudya akan semakin terpandang."

Rama tertawa jengah, memukul meja sampai piring dan gelas ikut bergetar. Membuat pasang mata di sana melihat ke arahnya. "Kalau gitu, Papa aja yang tunangan sama Shira!"

Setelah mengatakan itu, Rama pergi ke kamarnya. Tak menghiraukan ucapan Roy yang terus mengumpatinya.

Rama membanting pintu kamar dengan kesal, lalu langkahnya berpindah pada kamar mandi. Rama menghidupkan shower, sampai air mengalir membasahi tubuhnya yang terasa panas.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang