Chapter 31 - Pemilihan Peran

42 30 139
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Jangan lupa pencet bintang di pojok bawah ya karena itu gratis.

Udah pada follow belum nih?

Kalian pernah ikut pensi gak sih?

Atau jadi penonton doang?

Play List Kamu|| When Somebody Loved Me ~ Sarah McLachlan

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Seseorang pasti punya peran masing-masing dalam setiap cerita. Entah menjadi tokoh utama, atau figuran semata.
🍁🍁🍁


"Kamu kok pulangnya naik taksi, mobil kamu ke mana?"

Rama baru saja pulang setelah mengantarkan Cinta dengan taksi online yang dipesannya. Baru masuk ruang tamu, suara Intan sudah menjadi sambutan paling hangat untuk telinganya.

"Di bengkel, tadi mogok di jalan." Rama berjalan menuju kulkas, mengambil air dingin, untuk membasahi keromgkongannya yang kering.

"Kan pulangnya bisa telepon supir rumah, atau telepon Mama buat jemput."

Rama menoleh pada Intan yang bersender pada tembok sambil bersedekap. "Rama udah gede, Ma. Bukan anak TK yang masih minta jemput."

"Sebesar apa pun, kamu. Di mata Mama kamu tetep anak kecil Mama." Intan menghampiri Rama. "Makan dulu, yuk. Mama udah masak sup jagung kesukaan kamu."

"Rama udah makan seblak tadi," sahutnya, sambil menyomot apel merah di meja.

Intan lantas melebarkan pupil matanya kala mendnegar itu. "Tumben, biasanya kamu gak suka makanan pinggir jalan?"

"Cinta yang traktir soalnya. Tadi waktu mobil Rama mogok di jalan, ada Cinta di sana."

"Pantesan aja mau." Intan mencibir.

"Tapi beneran, lho, Ma. Ternyata seblak itu enak. Rama aja sampai suka."

"Suka seblaknya apa sama orang yang traktir?" Intan menyipitkan mata, menggoda anaknya.

Rama menyengir, menggaruk telinganya yang tidak gatal. "Dua-duanya. Tapi lebih suka yang traktir, sih."

"Dasar." Intan menggeleng pelan. Dia sama sekali tidak heran dengan anaknya. Tingkah Rama seolah mengingatkannya kala muda dulu. Di mana dia dan suaminya sedang kasmaran.

"Papa belum pulang?" tanya Rama.

"Belum." Alis Intan bertautan. "Kenapa kamu, tumben nanyain Papa?"

Jangan tanya kenapa Intan heran dnegan perkataan Rama. Pasalnya, anaknya itu jarang sekali membicarakan papanya. Roy pergi ke mana saja, Rama seolah tidak peduli. Ikatan ayah dan anak itu seakan retak sepeeti sebuah kerajinan gerabah yang tidak sengaja terinjak.

"Gapapa. Cuma nanya aja Rama ganti baju dulu, Ma." Rama pergi ke kamarnya, meninggalkan Intan yang masih menyisakan kalimat tanya yang bersemayam di otaknya.

Di kamar, Rama melempar tasnya ke ranjang. Pandangannya tertuju pada kalender di atas nakas, lantas, dia mengambilnya.

"Waktu kamu gak lama lagi Rama," ucapnya pada dirinya sendiri. "Kalau gak segera bertindak, bisa-bisa Ravish bongkar semuanya."

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang