Chapter 48 - Kelulusan

34 20 218
                                    

Hai gengs.

Gimana kabarnya?

Maaf baru bisa update lagi ya.

Beberapa hari lalu aku kena muntaber. Jadi lemes buat ngapa-ngapain.

Ide juga melayang entah ke mana.

Semangatin aku dong. Caranya cukup vote dan komen setiap paragraf.

Play List Kamu|| Janji Kita ~ Nuca feat Mahalini

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Manfaatkanlah hari ini sebaik mungkin, karena kebahagiaan yang terjadi belum tentu kembali lagi di keesokan hari.
🍁🍁🍁


Lulus.

Satu kata itu adalah hal yang diidam-idamkan oleh anak kelas 12. Tak kecuali Cinta.

Ya, kini Cinta bukan lagi menjadi murid SMA Kencana Bakti, melainkan alumni SMA tersebut dengan angkatan ke 24. Itu artinya, tinggal beberapa bulan lagi dia akan pergi ke London untuk melanjutkan pendidikan di sana.

"Alhamdulillah, akhirnya lulus juga." Tiya memekik kesenangan, sambil memperhatikan tulisan kapital hitam dalam amplop putih yang diberikan wali kelasnya.

"Bye-bye masa SMA," lanjutnya.

"Seneng banget, kamu." Cinta yang melihat itu terkekeh sendiri.

"Iya, dong. Soalnya masa sekolah itu bikin pusing. Apalagi pas pelajaran Matematika sama Fisika."

"Kayaknya, ucapan masa indah adalah masa-masa di sekolah, itu cuma lagu almarhum Chrisye doang, deh."

"Emang kamu pikir, kuliah gak bikin pusing?" Cinta bertanya sarkas.

"Kan, kuliah ambil jurusan sesuai passion."

"Sesuai passion juga gak gampang matkulnya. Namanya pendidikan, pasti ada aja yang bikin pusing." Cinta memberi jeda. "Kuliah itu bukan kayak di televisi, yang cuma berangkat, duduk doang, pacaran terus pulang."

"Iya juga sih." Tawa yang sempat meredup dari wajah Tiya, kini muncul kembali. "Tapi gapapa, yang jelas, meskipun pusing, aku bakal sekampus sama Kak Ciko."

"Oh ... ceritanya nyindir aku yang mau LDR?" Cinta menyipitkan mata.

"Gak gitu maksudnya, Nta. Maksud aku, setidaknya ada yang menghibur aku kala penat. Karena kamu, kan, bakalan pergi. Sedangkan selama ini, teman dekat aku cuma kamu." Tentu saja Tiya akan merasa kehilangan. Lagipula, meski Cinta kuliah di Jakarta, fakultasnya pasti tidak sama.

"Aku tau." Tanpa aba-aba, Cinta langsung memeluk Tiya. "Aku bakal kangen banget sama kamu, Ya'."

"Uluh-uluh, bestie aku." Tiya melerai pelukannya. "Karena kita gak boleh coret-coret baju, sini muka kamu aku coret."

Mata Cinta melotot seketika. "Enak aja."

Tiya terkekeh. Matanya mengarah pada gerbang sekolah. "Tuh, pangeran berkuda mesin kamu udah dateng."

Refleks, Cinta mengarahkan pandangannya ke arah gerbang, di sana sudah ada Rama yang baru saja turun dari mobil. Ternyata Rama tidak datang sendirian, melainkan bersama dengan Ciko.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang