Chapter 34 - Bukan Dewa Rama

35 24 221
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Udah lama ya gak update ini cerita.

Kalau lupa alur, baca part sebelumnya aja ya.

Jangan lupa pencet bintang di pojok bawah ya karena itu gratis.

Udah pada follow belum nih?

Play List Kamu|| Ragu ~ Rizky Febian

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Perkara cinta, terkadang membuat semuanya menjadi rumit. Namun, setiap cinta perlu pertaruhan masing-masing agar tetap utuh dan labuh.

🍁🍁


"Kenapa mukanya jutek gitu? Kesel, ya, gak kepilih jadi Dewa Rama?"

Ciko meledek Rama yang sedari tadi cemberut. Sejak pengumuman pemenang polling pemeran, cowok itu hanya bertopang dagu di dalam kelas sambil menatap kosong ke depan.

"Sok tau."

"Halah. Bilang aja. Kamu pasti kesel, kan, kalau Cinta beradegan sama Ravish jadi pemeran utama?"

Rama menoleh. "Bukan Cinta yang kepilih memerankan Dewi Shinta, tapi Shira."

"Hah? Si Nenek Sihir itu?" tanya Ciko dengan pupil melebar. "Tapi bagus juga, sih. Kalau misal Cinta yang menang, nanti kamu kepanasan," ledeknya.

"Btw, Ram. Kenapa mukamu malah kusam gitu? Jangan-jangan kamu suka Shira, ya? Kamu gak rela kalau Shira beradegan bareng Ravish di acara pensi nanti?" Ciko memincingkan mata, penuh curiga.

"Gak usah fitnah. Aku murung karena ada masalah keluarga." Rama meraih tas gendongnya.

"Balik duluan, Ko. Ada hal yang harus aku urus." Rama melangkah ke arah parkiran, meninggalkan Ciko yang masih termenung di kelas.

Ponsel Ciko berbunyi, ada notifikasi pesan dari seseorang di sana.

+628xxxx

Gimana? Mau jalanin rencana selanjutnya?

Ciko menghela napas, lantas dia menelepon orang tersebut. "Halo?"

***

Rama melajukan mobilnya keluar gerbang. Dia melihat Cinta tengah berdiri di sana sambil menunggu seseorang.

Rama membunyikan klakson mobilnya, membuat Cinta terperanjat. Rama membuka kaca mobil, sambil berkata, "Pulang bareng aku, aja."

"Gak usah, aku udah pesen gojek," Cinta membalas cuek.

Rama menghela napas. Dia turun dari mobil. Kebetulan, ada Tiya yang baru saja datang di sana. Gadis itu baru saja memyelesaikan piket kelasnya. "Hey, hey. Kalian ngapain kumpul di sini? Mau pulang bareng, ya?" Tiya memincingkan mata.

"Tadinya gitu. Tapi Cinta udah pesen gojek."

"Udah, Nta. Pulang bareng Kak Rama aja. Biar aku yang naik gojek pesanan kamu." Tiya merayu. "Lagian, supir aku gak bisa jemput. Nganter Mami arisan sama teman-temannya."

"Oh, kalau gitu, kamu aja yang pulang bareng Rama." Cinta berucap ketus, lalu melirik Rama. "Mau, kan, nganterin Tiya?"

"Aku, sih, mau-mau aja. Tapi, emangnya kamu gak cemburu?"

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang