Chapter 17 - Separuh Nada Yang Hilang

55 58 160
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Jangan lupa pencet bintang di pojok bawah ya, gratis kok.

Play List Kamu||  KALEB J - NOW I KNOW

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Tidak semua yang jadi tujuan harus tercapai sekarang. Perlahan-lahan, arungi samudra dan jelajahi dunia. Gak usah terburu, nikmati saja dulu. Ya namanya juga proses kehidupan, terlalu menyebalkan.
🍁🍁🍁

Sampai acara amal selesai, fokus Rama masih terbagi ke Cinta. Bahkan, saat ditanya anggota teaternya bagaimana penampilan mereka tadi, Rama hanya diam.

Rama juga salah memberi naskah yang harus narator bacakan selanjutnya, untung ada Ciko yang menangani masalah itu.

"Kenapa, Ram? Kayaknya kamu gak fokus gitu? Kurang minum aqua, ya?" tanya Ciko, duduk di samping Rama yang termenung.

"Gapapa, cuma capek aja habis ngurusin acara ini." Capek pikiran juga sebenarnya.

"Tadi pergi ke mana? Nganterin Cinta pulang?" Pertanyaan Ciko mendapat anggukan dari Rama.

"Gila. Lagu yang tadi Cinta bawain menyentuh banget. Sesuai sama adegan Samsul Bahri kehilangan Siti Nurbaya." Ciko bernostalgia adegan di panggung tadi. "Penonton aja sampai terpukau gitu. Aku yakin, kalau Cinta mewakili sekolah kita bulan depan, dia pasti juara."

Rama pikir juga begitu. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah, apakah Cinta diperbolehkan oleh ayahnya?

"Ko, cabut dulu, ya?" Rama berdiri dari tempatnya, menepuk bahu Ciko sebagai bentuk perpisahan.

"Buru-buru amat, Ram? Ngopi dulu ngapa?"

"Ntar aja di rumah." Rama mengangkat sebelah tangannya di atas. Seolah mengucapkan selamat tinggal.

***

Rama masuk ke rumah lewat pintu belakang, karena di pintu depan sedang ada wawancara yang meliput papanya. Seperti biasa, jika bos-bos besar telah melakukan prilaku terpuji, seperti beramal misalnya, pasti ada wartawan yang datang ke rumah.

Papanya itu selalu saja mencari sensasi, Rama yang melihatnya sering kesal sendiri. "Papa mentingin dirinya sendiri demi uang, padahal dayanya juga lekas sirna."

Rama mengganti seragamnya dengan pakaian rumahan. Rama melihat ponselnya, melihat foto Cinta yang dia ambil diam-diam. "Gimana keadaan kamu sekarang, Nta?"

Sudah berulang kali Rama mencoba menghubungi Cinta, tetapi nomornya tidak aktif. Pikiran Rama semakin kalut, takut terjadi hal yang tidak-tidak.

Rama pergi ke dapur untuk mengambil segelas air agar pikirannya tenang. Saat air dalam gelasnya tandas, ketika itu pula papanya menghampiri dirinya.

"Jadi selera kamu cewek kayak gitu? Seorang gadis biasa yang tadi nyanyi  di panggung, kan?" Jika saja tadi Roy tidak mengikuti Rama sampai parkiran, dia tidak tahu kalau cewek yang dimaksud anaknya itu adalah putri karyawannya.

"Ayahnya saja hanya karyawan Papa. Dia gak bisa menyaingi Shira, Rama." Kebiasaan Roy adalah selalu memandang remeh orang, sifat papanya yang tidak Rama sukai.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang