Chapter 43 - Amarah Yang Terpendam

36 25 400
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Jam berapa kamu baca cerita ini?

Eits, sebelum baca, jangan lupa bayar parkir dulu ya.

Pencet bintang di pojok kiri bawah, dna jangan lupa komen.

Jangan siders.

Play List Kamu|| Febio Asher ~ Bertahan Terluka

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Jatuh cinta padamu adalah luka yang paling sengaja. Dan bodohnya, aku malah menikmatinya.
🍁🍁🍁


"Coki-coki!"

Panggilan itu membuat seorang cowok dengan seragam sekolah yang dikeluarkan dan rambut acak-acakan menoleh. Dikedua tangannya terselip batang rokok yang kini tinggal setengah. Mencuri kesempatan di jam istirahat untuk melakukan hal yang sudah menjadi candu untuknya.

Gadis yang baru saja memanggilnya langsung masuk ke dalam gudang belakang sekolah yang sudah lama tak terpakai, tetapi terlihat bersih karena sering dibersihkan oleh cowok tersebut.

"Kenapa cari aku? Kangen?"

"Iyuh. Pede gila." Gadis itu duduk di depannya, mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah, untuk menghalau asap rokok masuk ke hidungnya.

"Bisa gak, sih, berhenti rokok? Ganggu pernapasan tau." Tiya terbatuk. "Udah tau merokok membunuhmu, malah di beli lagi. Itu namanya, cari mati."

Ciko menginjak putung rokoknya, dia tidak tega melihat Tiya yang kesulitan bernapas. "Gak bisa berhenti, udah kecanduan."

"Ganti yang lain, kek. Ngisep permen kan bisa."

Ciko memajukan tubuhnya, menjadi lebih dekat dengan Tiya. "Kalau diganti pakai bibir kamu, gimana?"

Dug

"Aw." Ciko meringis ketika tubuhnya ditendang Tiya, hingga membuatnya tersungkur dari kursi yang didudukinya. "KDRT!"

"Bodo! Lagian kamu, sih, mesum." Tiya sama sekali tidak berniat membantu Ciko berdiri.

"Kan cuma sama kamu doang, Yang."

"Apaan Yang-Yang. Palamu peyang!" Tiya mendengkus.

Ciko membersihkan celananya yang kotor terkena debu. Kembali duduk di kursi yang sebelumnya telah dia betulkan kembali letaknya. "Kamu ada apa cari aku?"

Tiya menghela napas. Dia hampir saja lupa tujuannya mencari Ciko kemari. "Aku khawatir sama Cinta, deh."

Alis Ciko terangkat. "Khawatir kenapa? Bukannya Cinta udah bahagia sama Rama?"

"Justru itu. Aku takutnya ada hal buruk yang terjadi sama mereka. Tapi amit-amit, sih." Tiya membetulkan posisi duduknya. "Kamu sendiri pernah bilang, kalau Shira bisa nekat untuk memperoleh keinginannya. Aku takut kalau dia celakai Cinta."

"Jangan sampai, deh. Kita berharap aja, semoga Shira ikhlas dengan semuanya." Ciko tidak bisa membayangkan, kalau sampai si singa betina itu mengamuk nantinya. "Kamu jangan khawatir, ada Rama yang selalu jagain Cinta."

"Tapi, Rama itu bukan rumah sakit yang selalu ada 24 jam buat Cinta. Dia punya kehidupannya sendiri juga."

Intuisi Tiya sedang tidak stabil saat ini. Dia tidak tahu firasatnya benar atau tidak, yang jelas, dia sangat mengkhawatirkan sahabatnya. Meski tadi dia melihat Cinta sedang tertawa bahagia, dia takut tawa tersebut lenyap dari wajah orang yang sudah dia anggap saudaranya sendiri.

"Iya, aku tau. Tapi kamu udah kenal Cinta dari lama, kan? Seharusnya kamu tau, kalau Cinta bisa mengurus dirinya sendiri. Dia punya pemikiran yang dewasa untuk menyelesaikan suatu persoalan." Meski belum terlalu lama mengenal Cinta, tetapi Ciko yakin kalau yang dia katakan itu benar.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang