Irama Cinta

Chapter 30 - Persiapan Pensi

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Jangan lupa pencet bintang di pojok bawah ya karena itu gratis.

Follow juga akun ini biar gak ketinggalan info update.

Play List Kamu|| Friendzone ~ UN1TY

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Suasana hati selalu penuh cinta. Entah sihir apa yang selalu dia gunakan, sehingga setiap momen dengannya terasa menyenangkan.
🍁🍁🍁

Rasa pening menyelimuti kepala Rama kala memikirkan ancaman Ravish tadi. Dia pikir, rahasiannya dengan Shira aman, ternyata tidak. Atau mungkin, Shira yang memberitahunya langsung pada Ravish? Tetapi buat apa?

"Mau rokok? Kayaknya kamu stres gitu."

Ciko menawarkan Rama rokok miliknya, tetapi Rama tolak dengan gelengan kepala. Saat ini keduanya tengah berada di gudang lama belakang sekolah yang jarang dilalui orang. Tempat di mana Ciko sering diam-diam merokok tanpa ketahuan guru. Cowok itu, sudah kecanduan nikotin sejak dulu.

"Jangan kebanyakan rokok, Ko. Bisa mati kamu nanti," peringat Rama, menatap temannya.

"Justru aku kayak mau mati, kalau gak rokok." Ciko mengembuskan asap rokok ke udara dengan kepala mendongak. Ia mendesah panjang ketika asap rokok melewati lubang hidungnya. "Lagipula, perokok aktif sama pasif, lebih bahaya yang pasif."

"Sialan. Berarti aku dong nanti yang mati." Rama hampir lupa dengan fakta itu.

Ciko terkekeh mendengar perkataan Rama.

"Btw, tadi pagi habis ngomong apa sama Ravish? Kayaknya serius gitu?" Ciko hanya bisa mengamati intraksi mereka dari dalam kelas. Pasalnya, tadi dia harus menyalin pekerjaan rumah milik temannya agar tidak dihukum karena tidak mengerjakan.

"Gak usah kepo. Ini urusan cowok."

Ciko melotot. "Emang kamu pikir aku apa? Cewek?"

"Banci mungkin?" Rama mengedikkan bahu.

"Sialan." Ciko menginjak puntung rokoknya yang tinggal seperempat itu. "Acara pensi tinggal seminggu lagi. Udah jadi naskahnya?"

"Udah. Tinggal cari pemeran yang cocok aja."

Ciko tampak berpikir. Wajahnya berubah sumringah saat menemukan ide yang cemerlang. "Ram, gimana kalau pemerannya pakai voting aja?"

Alis Rama bergelombang. "Maksudnya?"

"Ya, kan, tiap tahun pasti pensi yang meranin Shira mulu. Pasti pada bosen liatnya. Dan, yang mementaskan cuma anak-anak kalangan teater doang," jelasnya. "Gimana kalau yang ini kita buka casting aja, biar adil. Atau mungkin ajuan aja dari tiap-tiap kelas. Lagian, pensi kali ini, kan, bukan pensi mingguan biasa, tapi sekaligus merayakan ulang tahun sekolah kita yang ke 25 tahun."

Rama masih berusaha mencermati kalimat Ciko dengan detail, sambil menimang beberapa pertimbangan. "Gini aja. Tiap kelas ngajuin beberapa orang. Nanti orang perwakilan kelas mereka bakal dipilih melalui voting medsos SMA kita. Siapa yang bakal jadi pemeran inti, siapa yang figuran."

Pupil mata Ciki melebar, beriringan dnegan senyumnya yang kian merekah. "Nah, setuju. Maksudku tadi juga gitu. Tapi susah jelasinnya."