Chapter 15 - Festival Seni Untuk Amal

63 61 189
                                    

Selamat datang di lapak Irama Cinta.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke - 76

Kangen lomba dan upacara gak nih?

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Inget, ya, kita simbiosis mutualisme. Vote dan komen dari kalian itu penyemangatku untuk nulis cerita.

Play List Kamu|| Padi ~ Kasih Tak Sampai (Della Fradita cover)

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Musik adalah caraku berbicara pada dunia lewat alunan nada. Jika ingin memahamiku, maka dengarkanlah laguku.
🍁🍁🍁

SMA Kencana Bakti sedang menjadi tranding topic karena menggelar acara amal yang begitu meriah. Bahkan, pemerintah setempat pun ikut berpartisipasi dalam hal ini.

Kepala sekolah dan guru-guru sekolah lain pun ikut datang untuk melihat sekaligus menyumbang. Malahan, sebelum acara resmi dibuka, sudah ada yang berdatangan di aula sekolah.

"Ram, kok kostum aku modelnya kampungan gini, sih. Ih, gak banget." Shira mengomel, dari kebanyakan anak teater, hanya dia yang belum memakai kostum. Padahalkan, Shira pemeran utamanya.

"Terus kamu mau pakai apa? Rok mini sama baju seksi gitu?" Rama menyindir. "Ra, drama yang kita bawakan, itu mengambil latar tahun lalu. Meskipun aransemen musiknya modern. Gak usah protes deh."

"Ish, yaudah deh. Aku ganti baju dulu."

Rama beranjak menghampiri Ciko yang masih mempersiapkan panggung. "Lighting panggung, udah di pasang?"

"Udah, Ram, aman."

Rama celingukan, seperti mencari seseorang. "Ravish mana?"

"Ravish? Tadi bilang katanya mau ke ruang musik dulu. Lihat Cinta latihan sekalian ngasih kostum."

Rama berdecak pinggang, sepertinya Ravish mulai mencuri start darinya. Rama bergegas ke sana, mencari keduanya. Dari jendela, dia bisa melihat jelas, jika Ravish sedang berusaha modus ke Cinta dengan caranya sendiri.

Dari tempatnya bersembunyi, Rama tertawa pelan melihat Ravish yang berusaha menggombal tetapi terlalu kaku. "Gak cocok banget sama kepribadiannya yang suka marah," lirih Rama.

Dengan santainya Rama masuk ke dalam, mengalihkan perhatian kedua orang di sana. "Rav, dicariin di sini ternyata. Dicariin Bu Mayang, tuh."

"Suruh ngapain?"

Rama mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Gak tau. Ayo ke depan, kamu juga harus ngurus panggung juga, kan?"

Ravish mengepalkan tangan, ada saja yang menghalanginya. Untung saja dia sudah melayangkan gombalan pada Cinta tadi.

"Kak Ravish ke sana aja, aku juga harus ganti baju, kan? Nanti aku nyusul." Cinta tersenyum.

Ravish mengangguk, dia berjalan mendekati Rama. "Awas ya, kalau bohong. Inget, kita bersaing secara fair," ucap Ravish tepat di telinga Rama, sebelum akhirnya pergi dari sana.

Rama melempar sebuah kertas pada Cinta, sebelum akhirnya pergi menyusul Ravish.

Cinta mengambil bulatan kertas yang Rama berikan. Dia mengernyit, melihat tulisan di sana.

Irama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang