#_38. Menyetujui tuk menunggu

41 11 10
                                    

Hari demi hari berganti, kini lebih tepatnya malam ini diadakan makan malam antara dua keluarga, setelah beberapa hari semenjak kejadian hilangnya Ara dan Alvi kini pertemuan kembali dilakukan.

Tujuan awalnya ya pasti ga jauh-jauh tentang perjodohan yang ga masuk akal ia ni, apalagi kalo bukan itu. Mungkin silahturahmi, suudzon aja pikirannya, mari berkhusnudzon bersamaku.

Seperti biasa kami atau Ara dan Alvi hanya diam menyimak dengan sesekali nimbrung jika di ajak bicara, selebihnya hanya fokus pada makanan. Aku mah bukan sombong, cuman ya kalo ga diajak bicara aku mah diem.

"Kita langsung ke intinya aja kali ya..." Aditama mulai melirik ke arah Ara dan alvi, "jadi kapan waktu yang pas buat acara pertunangan kalian?" Lanjutnya. Nah kan, udah gue bilangin ga jauh-jauh dari perjodohan, Lo si Thor ngeyel.

Mereka semua melirik kearah mereka, seolah menuntut jawaban, Alvi hanya diam tak bergeming, Ara tau jauh di lubuk hati nya yang terdalam ia ingin bebas, ia tak ingin terkekang, Ara juga begitu.

Ara menghembuskan nafasnya pelan lalu mulai berbicara, "mohon maaf sebelumnya ayah, bunda, chef, papa bukan papa kandung, bukan nya Ara ga mau untuk melangsungkan perjodohan ini, tapi Ara ngerasa ini ga semestinya"

"Ara juga ingin menjalani masa muda Ara Tampa adanya sebuah ikatan yang menghalangi nantinya, Ara rasa begitu juga dengan Alvi, Ara ingin fokus kepada sekolah Ara yang mungkin sebentar lagi akan banyak ujian,"

Disti mulai menyela, "tapi kan cuman pertunangan Ra, ga nikah kamu juga masih bisa pe-"

"Bukan itu yang ara mau bunda, Ara tak ingin ada sebuah ikatan yang terbentuk secara paksaan seperti ini, seandainya kami mengiyakan saja hal ini, siapa tau suatu saat kami bertengkar itu juga akan merusak hubungan dua keluarga bukan hanya dua orang"

"Ara pengen sukses dulu, pengen bahagiain kalian dulu, toh nanti kalau jodoh ga akan kemana" prinsip Ara sih gampang 'perbaiki dulu akhlaq,sukseskan dulu diri, bahagiakan orang tua, lalu siapa yang tak mau dengan kita?' right?

Aditama dan Pratama saling pandang kemudian saling melempar senyum, Ara yang melihat jadi ngeri, apa ada yang salah dengan ucapannya? Dia rasa sih tidak.

"Justru itu yang kami tunggu, bukan hanya sekedar penolakan sepihak, seharusnya seperti ini, ya walaupun kalian ga diskusi dulu buat batalin nya tapi gapapa, kalian saling setuju toh dengan keputusan ini?" Kata Aditama masih dengan senyumannya.

Ohh jadi karna ini toh mereka senyum, Ara pikir mah kenapa, ia menghela nafas lega ternyata mengungkapkan perasaan tak sesulit yang ia kira.

Setelah semua acara itu selesai seperti biasa ada adegan dimana sicewe yang disuruh nebeng sama cowo kan buat dianterin pulang, lah ini beda.

"Ra bawa motor sendiri?" Tanya chef Renata, dan dibalas anggukan oleh ara, toh mereka sudah melihat Ara duduk diatas motor nya.

"Mama boleh minta tolong?"

"Apa nih chef? Kalo Ara bisa Ara tolongin"

"Tolong anterin Alvi pulang bisa? Mama soalnya mau berduaan sama papa" ujar Renata malu-malu.

Anak yang akan ditumpangkan itu melotot kaget, "loh loh! Ga! Gada berdua-duaan, ga ada!" Tolaknya ngegas.

"Ye suka-suka mama dong kenapa kamu yang sewot"

"Mama, mama itu ga tau seberapa besarnya nyali al keluar kalo pulang sama Ara" bidiknya pelan kepada sang mama namun masih bisa didengar oleh semua orang, mereka yang mendengar pun tersenyum maklum, masih anak muda pikir mereka.

ARALVI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang