Extra Chapt. 2

56 5 12
                                    

Nyatanya kesalahan sebesar apapun bisa tergantikan dengan perjuangan yang sebentar, seperti pada kisah Ara dan juga Alvi, sepuluh tahun akan kembali sembuh hanya dengan satu tahun perjuangan yang bersungguh-sungguh.

Semuanya perlahan membaik seiring berjalannya waktu, begitupun dengan sebuah hubungan anak dan juga orang tua, itu tak akan pernah berpisah karna mereka saling menguatkan.

Dan hubungan Ara dan juga Alvi pun sudah membaik, dimulai dari Alvi yang dengan terus menerus mengikuti Ara untuk meminta maaf selama empat bulan berturut-turut sampai Ara merasa risih dan mengatakan Ara sudah memaafkannya.

Tak cukup sampai disana setelah empat bulan itu Alvi semakin gencar untuk mendekati Ara, Ara hanya sesekali meresponnya walaupun rasa yang sudah dikubur nya selama sepuluh tahun pergi kembali bergetar akibat rayuan bahkan godaan Alvi yang tak tanggung-tanggung.

Hingga satu bulan lalu, dua orang itu resmi menjadi sepasang suami istri, dimana Alvi melamar Ara disaat Ara menginjaki usia ke-dua puluh sembilan tahun nya itu, awalnya Ara ragu untuk kembali memasuki lubang yang sama hanya saja Alvi meyakinkan bahwa hal itu tak akan terulang lagi, dan itu semua tak hanya sekedar sebuah perkataan melainkan ia juga membuktikan perkataan nya itu dengan tindakannya.

Mereka menjalani semuanya dengan bersama-sama, suka maupun duka mereka lewati bersama-sama selama satu bulan mereka menikah itu semua terasa lancar Saja, walupun mereka tahu kedepannya pasti akan banyak masalah yang silih berganti menguji rumah tangga mereka.

Setelah menikah Ara dan juga Alvi memilih untuk tinggal terpisah dengan orang tua, pergi kerumah sederhana bertingkat dua dengan seorang asisten rumah tangga.

***
Sepasang dokter yang statusnya sudah bersuami istri itu tengah berada dalam ruangan saling bercengkerama menikmati waktu senggang nya, bukan ingin berleha-leha.

"Nanti sore aku jemput ya, soal nya aku habis ini mau ke tempat papa, ada yang mau diomongin katanya" ujar dokter pria yang tak lain adalah Alvi.

Ara mengangguk-anggukkan kepalanya, "kalau sibuk gapapa ga dijemput, gue bisa pakai taxi juga" balasnya.

Alvi menatap Ara dalam, "ga bisa ya ubah panggilan nya jadi aku-kamu gitu Ra? Kita kan udah nikah, panggil aku seperti di cerita-cerita novel kek, mas gitu atau ga lebih simpelnya kamu gitu" dumelnya, Ara hanya diam memperhatikan itu.

"Mau gue sapa atau ga?" Tanya Ara ketus, meskipun sudah satu bulan menikah Ara masih sedikit canggung dengan alvi yang dulu notabenya adalah orang yang menyakiti nya sekarang berubah menjadi suaminya.

"Ya ga gitu juga yang, kan aku menyarankan untuk lebih baiknya, lagian kok kamu sensi banget sih hari ini kamu ga lagi dapet kan?" Tanya Alvi sambil melihat tanggal di jamnya, "nah ga tuh, bukan tanggal kamu dapet juga, kenapa sih?" Tanya Alvi lagi.

Ara mendengar penuturan Alvi pun malu, aish pria itu benar-benar membuatnya menjadi berdebar-debar hanya karna hal sepele seperti itu, "apaan sih Al, malu tau ga!" Kesal Ara.

Namun Alvi malah berdecak, "ngapain malu juga toh kan aku suami kamu sendiri loh kita juga udah pernah ituan, jadi ga perlu malu" ngaur Alvi.

Mendengar itu wajah Ara tambah memerah, "pergi sana! Mesum banget tau ga" usir Ara yang mendapat tawaran dari Alvi.

"Cieeee malu cieee" Alvi semakin menggodanya dan membuat Ara semakin sebal saja.

"Iya, iya ini aku mau pergi, maaf ya" ucapnya tulus, kemudian menangkup pipi Ara kemudian menciumnya serta kecupan ringan pada sudut bibir Ara.

"Aku pergi ya, dah, inget nanti aku jemput" kata Alvi lagi.

Ara berdecak, "iya bawel Lo"

Siang telah berganti sore, setelah seharian ini Ara penuh dalam menolong para korban bencana kebakaran, dengan para petugas-petugas lainnya membuatnya kelelahan dan terduduk di salah satu kursi di taman rumah sakit.

ARALVI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang