"huaaaa bundaaa, izinin yah, bentar doang bund," rengek Ara semakin menjadi sedari tadi. Ia ingin pergi ke Bandung lebih tepat nya kepanti, karna sudah lama juga ia tidak kesana, namun dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan menurut disti jadi disti pun tak mengizinkan anak nya pergi jika sendiri.
"Ga Ra, kamu itu lagi sakit, ntar kalo pingsan di jalan gimana? Pokoknya bunda ga ngizinin!"
"Pliss bund, sekali ini aja, ya ya?" Pinta Ara sekali lagi.
Namun disti tetaplah disti tidak akan berubah kecuali...,
"Ga Ra, tapi kalo kamu mau sama anak temen bunda gapapa bunda izinin" ujarnya"Bund, bunda sadar ga sih dari kemaren anak temen bunda tuh banyak banget?"
"Lah terus?"
"Bunda dari dulu buka pendaftaran buat cari temen ya? Bukannya nyari sahabat" kata Ara, "bunda tuh harus sadar temen tuh ga selalu ada di setiap kondisi bunda, berbeda dengan sahabat, lah ini dari kemaren punya temen Mulu, sahabat nya kapan?" Kesal Ara, karna sedikit-sedikit temen, sedikit-sedikit temen gada yang lain apa, kan Ara juga bosen.
"Dih curhat kak?" Ledek bundanya, "udah Sekarang intinya mau atau ngga? Kalo ga mau ya udah balik lagi ke kamar istirahat yang cukup"
"Lahh, kok bunda gitu sih, yaudah iya Ara mau sama anak temen bunda perginya" pasrah Ara, dari pada ia terus-menerus terkurung dan hanya dalam fase guling-guling dikamar.
"Ya udah kamu tunggu, ehh siap-siap aja sekalian sana dia pasti mau kok nemenin" katanya lalu melenggang pergi ntah kemana.
"Ish, untung ibu, kalo ga udah aku bikin bunda jungkir balik bund" geram Ara kesal
"Heh bunda masih bisa denger ya" teriak bunda nya ntah darimana, yang membuat Ara merinding seketika,
"Ihh, takutt ihh" kemudian berlari ke arah kamarnya.
***
"Haiss, kalo tau gini mending ga pergi gue, nyesel" gerutu Ara, pasalnya anak teman bunda nya adalah orang yang menurut Ara adalah musuhnya
Yap dia adalah Alvi, ternyata anak teman bundanya adalah Alvi,
(Eh kalo author mah dengan senang hati mo pegi ama babang tamvans, hehe canda tamvans✌️)
Netijen bilek: canda tross sampe mampos
"Jadi pergi kan Ra? Kasian loh alvinya udah nungguin" jengah disti melihat anaknya itu bergerak sangat lamban, padahal tadi sebelum Alvi datang ia sangat bersemangat untuk pergi.
Baru saja rasanya Ara ingin menjawab tidak jadi ibunya sudah lebih dulu melorotkan matanya nya pada dirinya, alhasil keluarlah kalimat yang bertolak belakang dari ucapannya tadi, "jadi kok bund" setelah nya ia bergegas lalu melangkah keluar.
"Lo bawa motor kan?" Tanya Ara ketika sampai didekat bunda dan Alvi
"Iya." Jawabnya
"Ya udah" cuek nya lalu berpamitan dengan bundanya, "bund Ara pergi dulu assalamualaikum" ujarnya masih dengan raut kesalnya.
Disti yang melihat pun hanya terkekeh pelan, "waalaaikumsalam, hati-hati ya jangan ngerepotin" peringat disti
"Bund, Alvi juga pamit ya" pamit Alvi
"Iya, hati-hati ya bawa putri bunda"
"Iya bund"
.
.
.Selama diperjalanan hening, tak ada yang membuka suara, hingga suara Ara menginstruksi untuk berhenti, "eh, ke situ bentar ya" kata nya sambil menunjuk sebuah indojuni yang terletak tak jauh didepan sana
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALVI [Completed]
FantasiKepergian orang yang menjadi panutan dan cinta pertama baginya, membuat dirinya berubah! Hingga sebuah rasa yang dulu ada kini kembali menggerogoti dirinya, kesulitan yang telah dirasakan selama penantian panjang membuat dirinya tegas akan pendiria...