"Lo ngapain ngajak gue gini? Tumbenan amat" tanya Ara memulai pembicaraan pasalnya mereka hanya diam saja.
"Pak numpang ngadem bentar ya, panas soalnya kalau harus jalan sekarang" izin Ara pada bapak nasgor dan di angguki oleh bapak itu.
"Lo kenapa harus se-perduli ini sekarang Ra?" Itu adalah sebuah pertanyaan yang aneh yang pernah Ara dengar, bukankah bagus jika ia menjadi seseorang yang perduli? Lalu apa salahnya?
Ara mengernyit bingung, "lupain aja" kata Alvi kala melihat kerutan di dahi Ara.
"Gue ngajak Lo jalan sekalian mau minta maaf soal yang kemarin, maaf udah ngebiarin Lo sendiri"
Ara mengangguk faham, "Oh, ga perlu lo sampe kek gini juga, Sans aja kali Al, kek sama siapa aja?" Balas Ara santai.
Alvi semakin dibuat khawatir olehnya, "Lo ga marah gitu? Ngeliat pacar Lo lebih milih nganterin cewe lain?" Ara tertawa sumbang mendengar nya.
"Seriously Al, gue trauma dengan hal-hal yang menyangkut dengan hati, jadi gue ga mau ambil andil dalam hal yang seperti itu oke, mau Lo pergi dengan siapapun Lo bebas Al" ada jeda dalam kalimat Ara.
"Lo bebas mau pergi dan memilih siapapun, karna gue eh atau gini secara kasarnya ginilah ya gue ga peduli lo mau ngapain, singkatnya begitu" ujar Ara disertai senyum nya, Alvi terenyuh mendengar nya.
Lantas tidak ada kah ikatan dalam hubungan yang sudah berlanjut ini?
"Lo ga nganggap gue sebagai pacar Lo Ra? be honest with me Ra" lirihnya."Jangan bicara soal hati deh Al, gue takut kita sama-sama sakit nantinya, percaya sama gue, jalanin aja semampu Lo"
"Dan ya, itu wajah Lo kenapa? Lo ga jawab pertanyaan gue dari tadi"
Alvi hanya diam tak menggubris pertanyaan Ara, Ara pun kesal lantas langsung berdiri guna membayar belanjaannya pada bapak nasgor, selesai ia kemudian menghampiri Alvi yang masih terdiam, "Al, ayok" panggilnya sambil menepuk pundak alvi sontak membuat Alvi langsung menoleh.
"Eh, i-iya ayo" kemudian ia menyusul Ara yang sudah duluan berjalan.
Sudah siap, tinggal menggas motornya aja Ara kembali bertanya, "beneran mau ke taman nih Al?"
"Ya gue terserah Lo aja Ra, kalo mau mah kuy kalo ga ya juga terserah Lo" balasnya.
Ara mendengus geli, "kek cewe Lo terserah Mulu"
Sampai di taman mereka memilih duduk dibawah pohon beringin yang rindang yang sudah tersedia bangku besi panjang, "Al panas nih, beli ice cream ya" pinta Ara dan itu tak mendapat penolakan karna Alvi langsung menarik Ara ke tempat orang yang berjualan ice cream itu.
"Pak dua ya, rasa vanilla sama strawberry" setelah membayar mereka kembali ke kursi tadi.
"Lo kok ga nanya dulu gue mau rasa apa gitu? Malah langsung beliin vanilla lagi"
"Lah kan emang Lo sukanya ice cream vanilla Ara cantik, kalo gue beliin coklat Lo bilang pait, and buat apa nanya kalo gue udah tau" jelasnya.
Alvi tak mendengar bantahan dari orang disebelahnya, dikarenakan sudah larut dalam ice nya sampai bibirnya belepotan pun ia tak menyadari, Alvi tersenyum kecil melihatnya.
"Seenak itu ya sampai belepotan gini?" Tanya Alvi sambil mengusap sudut bibir Ara yang terkena ice cream tersebut, dan hal itu membuat Ara membeku, bukan karna dingin nya ice cream nya melainkan karna sentuhan pangeran ice di depannya itu.
Dengan raut cengo nya ia bertanya, "Al mau coba?" Sambil mendekatkan ice crean vanilla miliknya ke arah alvi
Alvi membuka mulutnya ingin mencoba namun ice itu bukan tiba di mulut Alvi melainkan di bagian pipinya, dan setelahnya terdengar tawa dari sang pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALVI [Completed]
FantasyKepergian orang yang menjadi panutan dan cinta pertama baginya, membuat dirinya berubah! Hingga sebuah rasa yang dulu ada kini kembali menggerogoti dirinya, kesulitan yang telah dirasakan selama penantian panjang membuat dirinya tegas akan pendiria...