#_55. Hancur dan penyesalan

41 5 13
                                    


Ali bin Abi Thalib pernah berkata

"Jika kamu mencintai seseorang biarkan dia pergi. Jika dia kembali berarti dia milikmu, namun jika dia tidak kembali berarti dia bukan milikmu"

***

Hari telah berganti namun yang dicari tak kunjung menampakkan diri, semalaman Alvi bertanya dan juga berkeliling kota untuk mencari ara namun hasilnya nihil, tak ada satupun informasi yang memberikan petunjuk Ara dimana, kepalanya pusing ditambah lagi dengan ponselnya yang sedari tadi tak hentinya bergetar.

"Apa" ucap nya dingin ketika panggilan itu sudah terhubung.

"Ih kok gitu sih, kita udah janjian loh jalan hari ini, kamu lupa ya?" Tanya orang diseberang sana yang tak lain adalah syila.

"Gue lagi pusing jangan banyak bacot deh Lo" setelah mengucapkan kalimat yang cukup kasar itu Alvi mematikan sambungan sepihak.

"Lo Dimana sih Ra" gumamnya sendiri, semalaman ia tak tidur, semua tempat sudah ia kunjungi namun tetap tak menemukan Ara, rumah teman-teman Ara, bahkan rumah kakak Ara tapi tak ada Ara samasekali.

"Arrrkh kenapa gue jadi alasan Lo pergi Ra" teriak nya frustasi, dan itu semua membuatnya menjadi pusat perhatian seluruh penghuni taman kota, namun tak ia pedulikan.

Menyesal itulah yang ia rasakan saat ini, hingga mata nya menangkap sosok yang mungkin bisa memberitahu informasi mengenai Ara, "bang, bang kasih tau gue Dimana Ara bang" pintanya pada laki-laki yang dipanggil nya bang itu.

Laki-laki yang dipanggil nya bang itu menoleh dan melihat tampilan Alvi dengan tatapan aneh, "maaf, tapi saya tidak pernah bertemu atau mengenal anda sebelumnya"

"Lo Abang nya Ara kan bang?" Tanya Alvi lagi, laki-laki yang diduga Abang Ara itu mengangguk dan itu membuat Alvi sedikit lega karna ia tak salah orang, jujur ia belum pernah bertemu dengan Abang Ara sebelumnya, namun tadi ia melihat laki-laki yang tidak lain adalah Abang Ara itu mirip sekali dengan Ara, makanya ia tak memikirkan tindakan nya dan langsung menghampiri.

"Gue Al bang, Alvi aditama" dan seketika raut datar Riki berubah menjadi tatapan tajam.

menatap Alvi nyalang, "jadi Lo yang nama nya Al Al itu" Riki mengangguk dan seolah-olah tampak sedang berfikir namun Tampa dugaan Alvi ia malah mendapat serangan tiba-tiba dari Riki.

"Gara-gara Lo adik gue pergi! Gara-gara Lo juga orang tua gue sakit karna adik gue pergi, Lo penyebab semua ini!" Bentak Riki kemudian menarik paksa kerah Alvi yang sedang tersungkur di aspal taman kota.

"Belum puas Lo hah?! Belum puas Lo bikin adik gue sakit? Anjing" umpat Riku, jujur ini adalah kali pertama ia menggila seperti ini, hanya demi adik tengik nya itu.

"Sepuluh tahun lamanya Lo ninggalin dia, dan Lo tau apa yang terjadi pada adik gue hah! Dia sakit, dia trauma dan itu semua karna Lo!" Alvi yang mendengar itu tentu syok, sepuluh tahun lalu, dan Abang Ara juga tahu.

"Kenapa? Kaget Lo hah? Gue disana waktu itu, waktu dimana Lo ngajak dia bolos dan tanpa sengaja gue ngelihat dan main dipantai itu, pantai sialan bersama orang sialan yang membuat adik gue sakit, sepuluh tahun lamanya dia menderita cuman buat nunggu Lo anjing tapi dengan ga tau dirinya Lo malah arrkhh bangsat Lo" ucap Riki kembali meninju rahang Alvi.

Riki tampak dengan jelas rapuh, rasa kehilangan kentara sekali pada matanya, "Lo pergi anjing! Lo pergi tanpa alasan ninggalin adik gue disana, dan dengan bodohnya dia tetap nungguin Lo disana, menatap hamparan pantai yang luas nan menyakitkan itu sampai matahari tenggelam, dan yang paling bikin dunia gue hancur adalah Lo! Hanya karna Lo dia histeris ga mau pulang disaat gue udah meminta, gue ngerasa gagal jadi seorang Abang buat dia!" Tangis tak tertahankan lagi oleh Riki, Tampa malu air matanya perlahan meluncur Tampa dapat dicegah.

ARALVI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang