Maafkan diri ini yang tak sengaja typo, karna tangan gue juga salpok pas ngetik nya jadi maafkan
And
Happy reading
All."ARAA!"
Untuk keduakalinya Alvi melihat sang gadis dalam kondisi seperti ini, ada rasa bersalah kala melihat gadisnya tak bersalah seperti ada rasa aneh dalam dirinya yang membuat otak dan hatinya tak sinkron, namun ia segera menepis fikiran-fikiran yang menghalanginya.
Dengan cekatan dan kehati-hatian ekstra Alvi menggendong Ara ala koala, meletakkan nya di dekapan terbaiknya yang ia usahakan dengan sebaik-baiknya agar tak ada kesalahan atau kesakitan yang akan diterima gadisnya ia pun menuruni anak tangga tanpa berkata sepatah katapun, sebelum turun Alvi sempat menatap ketiga teman Ara dengan sorotan tajam sementara yang ditatap semakin merasa bersalah.
Wajah damai nan pucat, keringat dingin mengalir disekitar dahinya tak dapat melunturkan kecantikan nya yang mampu menghipnotis orang yang melihatnya, auranya membuat ketenangan sendiri bagi orang didekat nya, Ara, ya gadis itu, gadis penderita akrofobia yang sedari tadi belum mau pergi dari mimpi indah nya yang membuat orang disamping nya kini bertambah risau dan kepanikan yang dirasa bagi orang terdekat nya semakin bertambah.
Alvi, lelaki itu sedari tadi tak membiarkan siapapun dari semua orang disana menyentuh Ara, kecuali dokter, hanya ia dan ia saja yang boleh menyentuh gadisnya, ia takut sesuatu yang lebih buruk terjadi lagi pada Ara.
Digenggamnya tangan Ara erat lalu mengecupnya, membuat orang posko yang melihat itu terpelongo, cengo akan keromantisan yang ditayangkan secara live memang sederhana atau sudah biasa namun ini Alvi yang melakukannya si pria anti wanita yang melakukan nya. Ya, baper lah hayati bangg
"Ra, bangun Ra, jangan sampe gue di marahin sama chef gegara lu kenapa-kenapa ya, gue ga terima pokoknya" candanya, berharap Ara akan membuka matanya kala ia mengucapkan kata-kata tersebut namun tak juga berhasil.
Alvi menghela nafas lelah, ya lelah! Rasa khawatirnya yang kini melanda nya membuat ia kehabisan banyak tenaga, lalu ia menyorot ketiga teman Ara yang salah satu sepupu Ara dengan tatapan datar.
"Kalau sampai sesuatu yang buruk lebih dari ini terjadi sama Ara, kalian semua ga usah lagi menampakkan wajah sampah kalian itu" ucapnya tajam
Mendapat ucapan nan tajam itu membuat Delia semakin histeris menangis ya menyesali perbuatannya dan olive lah yang menenangkan, sedangkan nada ia kini tengah membalas perkataan Alvi.
"Heh? Emang Lo siapa? Berhak Lo ngatur-ngatur kita? Lagipun kita juga ga tau kalo Ara takut sama ketinggian" bela nada yang malah menyulut api amarah Alvi.
"Lo ga tau siapa gue? Gue Alvi aditama tau kan Lo" tekannya.
"Dan apa? Gue ga salah denger kan? Ga tau kalo Ara takut ketinggian? Sahabat macam apa kalian! Terlebih Lo" ucap Alvi sembari menunjuk Delia "Lo sepupunya, Lo keluarganya, Lo seharusnya melindungi bukan mempersulit dia" ucapannya tak dapat terbantahkan. Emang benar apa yang dikatakan Alvi semuanya benar tak ada yang salah hanya saja faktor u yang selalu mengganggu ingatan mereka.
Dan memang ia hanya Delia yang tau, tapi sebagai seorang sahabat kita juga harus mengetahui kesukaan, ketidaksukaan, hobi dan lainnya, agar terhindar dari kejadian seperti ini.
Alvi yang masih menggenggam tangan Ara menoleh kala merasakan ada pergerakan dari sang empunya tangan melihat hal itu sontak membuat teman-teman Ara mendekat namun urung saat Alvi mengatakan "berhenti disana sebelum kalian celakain Ara lagi" dan itu sukses membuat mereka terdiam ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALVI [Completed]
FantasyKepergian orang yang menjadi panutan dan cinta pertama baginya, membuat dirinya berubah! Hingga sebuah rasa yang dulu ada kini kembali menggerogoti dirinya, kesulitan yang telah dirasakan selama penantian panjang membuat dirinya tegas akan pendiria...