#_50. semua tentang waktu

17 5 9
                                    

Satu sekolah Arum digemparkan oleh beberapa orang yang mengikuti Ara yang berwajah dingin kemanapun perempuan itu melangkah, mulai dari pergi sampai pulang sekolah mereka selalu bersama Ara, awalnya banyak yang terganggu tapi setelah satu hari ini semuanya berjalan seperti biasa.

Banyak orang yang tercengang melihat Ara yang kembali dengan mode dinginnya, apakah ada masalah dengan Ara? Lalu bagaimana dengan Alvi? Dua hari Ara bersekolah selama dua hari itupula ia berlagak tidak kenal dengan Ara, jika berpas-pasan dengan Ara ia akan menghindar Ara tersenyum getir melihat itu.

Apakah disini dia yang salah? Apa salah nya? Oh God, Ara tidak sepeka itu, tapi ialah korban disini, ia yang menjadi korban! Bukan Alvi lantas mengapa laki-laki itu yang menghindari nya bukan dirinya.

"Ra Lo udah gapapa kan? Ada yang masih sakit?" Tanya Adel cemas, pasalnya sepulang dari RS malam itu pagi nya Ara tetap bersikukuh ingin bersekolah, dan berakhir lah dengan bodyguard pilihan ayahnya ini.

"Gue gapapa" hanya itu balasan yang didapat dengan anggukan.

Adel mengerti tidak seharusnya ia bertanya akan hal itu, sudah pasti Ara tidak baik-baik saja, tak lama bel masuk pun berbunyi kepala Delia seolah ingin pecah ketika melihat siapa yang masuk kekelas, bukan karna ia iri atau bagaimana, tapi ini.

"What the hell!" Umpatnya.

"You a jerk man" umpat nada sedang kan Ara tak menoleh tatapannya fokus kedepan, lurus dan kosong. Perlahan mata itu menggenang, menampilkan selapis kabut bening buru-buru ia menghalaunya.

Olive yang melihat itu langsung mendekap tubuh itu, dan mendapat kekehan dari Ara yang didekapnya, "Lo kenapa sih live?" Namun bukan itu yang diharapkan olive.

"Gue benci Lo yang selalu berpura-pura tegar Ra, gue benci saat Lo bilang Lo gapapa, gue benci saat Lo berpura-pura perasaan Lo selalu baik-baik aja, jangan munafik Ra! Gue ngerti Lo, kita udah sama-sama lama dan itu masih buat Lo ngerasa kalo gue kita bahkan kami sekalipun bukan siapa-siapa Lo!" Olive menggebu, suaranya semakin lama semakin mengeras dan dapat mengambil perhatian warga kelas, bukannya apa-apa jarang mereka melihat ataupun mendengar olive yang kalem bersuara dengan nada tinggi apalagi jika bersama sahabatnya.

"Lo boleh tegar Ra, boleh sangat boleh! Tapi jangan bodoh! Itu hanya akan menyiksa Lo sendiri" olive merasakan pergerakan dari bodyguard yang berhenti karna tangan Ara dan pelukan Ara padanya yang juga mengetat.

"Bawa gue pergi live, tolong" nada itu membuat olive menggila, sungguh laki-laki sialan, laki-laki bodoh, brengsek.

Aura olive tidak main-main, menendang apa saja yang menghalangi langkahnya membawa Ara, tidak hanya ia dan Ara melainkan dua sahabat gilanya pun juga ikut berdiri berjalan mengikuti dibelakang nya.

Nada baru saja akan berbelok kemeja bajingan kelas kakap itu namun suara Ara menghentikannya, "nad, please I don't need that, don't harm yourself just for my sake" nada mengerang namun tetap mendengarkan Ara.

"I want to go, can you follow me or not, don't tell my parents" ucapan itu ditujukan pada bodyguard yang berdiri disampingnya sekarang.

Mereka membawa Ara masuk kedalam mobil diikuti para bodyguard Ara yang juga memasuki mobil, perjalan yang cukup panjang namun mampu sedikit menenangkan Ara, teman-teman nya pun tak bersuara mereka diam sembari menikmati jalan namun itu membuat Ara terenyuh, mereka melakukan itu supaya Ara ada waktu untuk dirinya sendiri, Ara menyukai itu.

...

Lama terdiam empat remaja itu hanya saling membisu menikmati angin sepoi-sepoi dibawah pohon rindang, duduk beralaskan rumput hijau dengan sajian hamparan pemandangan hijau serta birunya sang langit.

ARALVI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang