" bye indo, wait for me to come back and thanks for everything, hehe" dengan langkah tegap namun pasti perlahan-lahan langkah itu menjauh dan hilang.
***
"Bund, bangunin Ara cepet, makan bareng kita" kata Pram pada sang istri yang sedang menyiapkan makanan.
"Kamu aja kali mas, ga liat apa aku lagi nyiapin ini?" Tepat setelah mengatakan itu bel rumah pun berbunyi.
"Nah itu, mas mau liat dulu, kamu aja yang bangunin anak kamu yang kalo udah tidur pasti susah dibangunin"
Pram menoleh kala langkah tergesa-gesa sang istri menghampiri nya, "mas Ara ga ada dikamar, apa udah bangun terus olahraga ya?" Tanya disti tersirat rasa panik disana karna memikirkan kembali ucapan sang putri kemarin.
"Mas juga dapet kiriman ga tau dari siap, eh pas dibuka isinya flashdisk, rekan kerja atau karyawan mas ga ada loh bilang mau ngirim flashdisk hari ini, ya sudah lah mas liat dulu" ucap nya pada sang istri dan menuju ruang kerjanya.
"Mas aku ikut" disti kemudian menyusul ketika Pram mengangguk menyetujui.
Sebuah file yang berisikan sebuah video yang entah video apa berada di dalam tanpa ada dokumen atau file-file lainnya, Pram pun membuka dan memutar video itu.
Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat wajah sang putri yang muncul secara mendadak dalam video itu.
"Hallo ayah dan juga bunda, kalian berdua ngeliat video Ara sekarang kan ya? Hehe maaf Ara ga bilang-bilang dulu, tapi sekarang Ara udah ga di indo lagi" sepenggal kalimat yang disampaikan Ara dalam video itu membuat kedua orang tua nya tertawa gelisah.
"Aneh-aneh aja ini anak bercanda nya, mau ngeprank ini pasti" kata Pratama.
"Ayah bunda ini serius yah ga bercanda, maaf dan terimakasih karna selama ini udah ngerawat Ara, selalu menyayangi Ara dengan penuh kasih sayang, Ara beneran pergi ini nih buktinya" kata Ara dengan menunjukkan sebuah kertas yang diyakini adalah tiket keberangkatan nya, dan itu benar-benar membuat dua orang yang tengah menonton video tersebut syok, seolah akan lupa bernafas, semua terasa sesak.
"Mas, Ara bercanda kan ya kan mas?" Kini air mata mulai menggenang seiring pertanyaan disti tersebut.
"Maaf, Ara bener-bener minta maaf, maaf seribu maaf lah pokoknya, Ara tau ini menyakitkan karna Ara juga sakit, dan yah soal izin maaf ya bunda ayah Ara ga minta izin dulu karna Ara tau jawaban kalian" nampak Ara yang menarik nafas kemudian berujar bersamaan dengan Pratama dan juga disti.
"Ga ada ya Ra, ga ada! Pokoknya ga boleh pergi-pergi, kakak mu udah nikah, Abang mu di negri orang dan kamu mau ninggalin ayah sama bunda? Ga ada pokoknya"
"Bukan begitu bapak Pram dan juga ibu disti? Hehe, Ara ngerasa Ara harus keluar dari zona nyaman Ara, jadi Ara memutuskan buat pergi Yeay, jangan nangis Ara juga nangis nih" tampak Ara yang menghapus air mata yang mulai jatuh.
"Eittss, bapak Pram saya tau ya anda mau ngapain, ga ada transfer-transfer pokonya karna semua kartu Ara tinggalin di rumah" seolah tahu dengan apa yang Pratama lakukan, kalimat Ara benar-benar membuat orang tuanya frustasi.
"Kamu dimana Ra hiks" disti sudah menangis tersedu sedari tadi.
"Tenang ga usah cemasin Ara, Ara dimana? Ara udah makan belum? Tenang okey, pokoknya Ara aman, dan doain Ara sukses dan bisa pulang ke indo secepatnya, bye ayah bye bunda" seraya melambaikan tangannya ke kamera.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALVI [Completed]
FantasyKepergian orang yang menjadi panutan dan cinta pertama baginya, membuat dirinya berubah! Hingga sebuah rasa yang dulu ada kini kembali menggerogoti dirinya, kesulitan yang telah dirasakan selama penantian panjang membuat dirinya tegas akan pendiria...