Di sebuah pantai di tengah hari yang menyengat dua orang anak kecil berumur sekitar 10 tahun bermain dengan ria, berlari kesana kemari serasa tak ada beban sama sekali.
Dengan memakai baju seragam yang sama berlarian dan bermain air bersama, tampaknya mereka sedang bolos.
"Hosh hosh" gadis kecil yang mungil tampak kelelahan dan berhenti dengan nafas yang tak teratur dan lelaki kecil itu juga mengikuti.
"U-udah dulu ya, hosh aku cape banget" kata gadis kecil itu, diangguki oleh bocah laki-laki itu.
Mereka duduk dihamparan pasir, tepat disebelah batu yang besar, itu bisa menyembunyikan mereka.
Mereka asik dalam menikmati melihat raut ombak yang tak terlalu besar menerpa kaki mereka yang diljulurkan di atas pasti itu, hingga sang gadis itu tersadar dan bertanya, "emang gapapa ya kalo kita bolos? Emang nanti bunda ga marah gitu? Terus kamu ga belajar? Kan kamu mau ikut lomba olimpiade kan namanya?" Tanya gadis itu polos.
Laki-laki kecil itu tersenyum menatap gadis polos dengan banyak pertanyaan itu, "kata Abang aku kalo bolosnya sesekali gapapa, dia bilang buat melatih diri gitu, terus mungkin aja mama marah tapi itu baru mungkin"
"Huh aku ga jadi ikut olimpiade" ucapnya lesu.
"Kenapa ga jadi?"
"Ya ga jadi aja"
"Kamu juga kenapa ajak-ajak aku bolos sih, nanti kalo mama aku marah gimana?" Kesal gadis itu.
"Cuman kali ini kok aku ajak kamu bolos, kapan lagi kan kita main berdua, besok-besok aku kek nya ga bisa ajakin kamu main lagi ke pantai kek gini" ucapan itu terdengar seperti sebuah ucapan perpisahan yang tersirat yang mampu di tangkap oleh gadis kecil itu.
"Loh kamu kok ngomong nya gitu sih? Kamu ga mau lagi ya main sama aku? Aku nakal ya?"
"Ara ga nakal, Al juga bukannya ga mau main sama Ara, tapi sebenernya"
Ya dua orang anak kecil yang berbeda gender itu adalah Ara kecil dan Al nya Ara pada masa itu, mereka membolos tanpa sepengetahuan orang tua.
"Sebenernya apa Al?"
"Al bakalan bilang tapi Ara jangan sedih ya! Janji dulu" katanya lagi.
Ara pun hanya mengangguk tak mau berjanji dia bilang, "Ara ga mau janji, nanti kalo Ara ga bisa nepatin Ara nanti berdosa"
Alvi kecil hanya berharap bahwa Ara kecilnya tak akan bersedih mendengar kabar yang akan disampaikan nya, "al bakalan pergi jauh dari sini, nanti Al ga bisa main lagi sama Ara, tapi Ara jangan sedih Al bakalan kembali lagi kok"
Ara kecil memasang wajah murung nya, "Ara boleh ikut Al kan pergi jauh nya?"
"Ara ga bisa ikut Al"
"Tapi kenapa Ara ga bisa ikut Al, kan Al sahabat Ara jadi Ara bisa dong pergi sama Al" katanya dengan begitu polos.
"Al bakalan pergi jauh banget Ra, dan Al ga tau apa Al akan kembali lagi kesini atau ga, dan" jeda Alvi kecil.
"Dan apa?" Penasaran Ara.
"D-dan Al ga tau, apa saat Al kembali Al masih ingat Ara atau engga" ucapnya lirih.
"Kenapa?" Ara kecil kembali bertanya dengan menahan air mata.
"Apanya?"
"Kenapa Al ga bakalan inget Ara? Apa Ara tak sebegitu penting? Apa Ara bukan sahabat Al? Apa Ara ga menempati posisi sahabat dihidup ala sampai-sampai Al ga inget Ara?" Tanya Ara beruntun.
Alvi pun tersenyum, "Ara itu penting buat Al, ara itu ibarat bunga, yang bahasa Inggris nya flower, dan al seperti matahari atau sun Ara itu flower yang ga bakalan bisa hidup tanpa adanya sun, begitupula sebaliknya, sun akan sia-sia menyinari bumi jika tak ada yang akan disinarinya, seperti flower, tapi jika nanti flower bakalan hidup tanpa sun brarti ada alat atau sesuatu yang bisa membuat flower itu hidup, sampai sini Ara faham?" Ada jeda dikalimat nya, dan pertanyaan nya hanya dibalas gelengan oleh Ara.
"Al ngejelasin nya panjanggg banget, kan Ara jadi pusing" kesalnya sambil menggaruk pipi gembulnya.
Alvi kecil tersenyum sambil mengelus Surai hitam gadis kecil itu, "nanti kalo udah pada saatnya, saat otak Ara udah ga bodoh lagi, Ara bakalan ngerti apa maksud dari yang Al bilang" ujarnya jail.
"Ara ga bodoh ya Al!"
"Trus kalo ga bodoh apa namanya?" Goda Alvi menjadi-jadi.
"Ada cuman kurang pinter aja" setelah mengatakan itu keduanya tertawa Tampa beban.
"Dan walaupun tidak semua flower yang tidak bisa hidup tanpa sun, tapi Al berharap Ara ga bakalan lupain Al, Al berharap Ara adalah salah satu flower yang ga bisa hidup tanpa sun" lanjutnya dalam hati sambil merangkul gadis kecil yang sesuai dengan nya yang sedang berceloteh ria itu.
Dengan rasa penasarannya yang masih tersisa Ara kembali bertanya, "Al kenapa mau pergi? Ara nakal ya? Maafin Ara ya tapi jangan pergi, Ara janji ga akan nakal lagi" pintanya lesu.
Lagi-lagi Alvi kecil hanya membalas dengan tersenyum kemudian berkata, "Ara ga nakal, cuma takdir yang nakal! Takdir yang maksa Al buat pergi, takdir yang berusaha buat misahin sunflower."
"Al jangan pergi ya, nanti Ara main sama siapa? Trus siapa yang bakal jagain Ara kalo Al pergi? Trus nanti kalo teman-teman kelas nakalin ara lagi gimana?"
"Hei, dengerin Al ya, banyak orang yang suka dan mau berteman sama Ara, dan ga cuma Al aja, dan Ara harus inget Ara itu kuat Ara bisa ngalahin siapapun yang gangguin Ara tanpa ada bantuan Al"
"Ara ga butuh banyak orang yang suka atau yang mau berteman sama ara, Ara cuma butuh satu orang yang suka dan mau jadi temen Ara Al, dan itu Al cuma Al dan hanya Al" cicitnya
Alvi kecil menampil kan raut penyesalannya, "maafin Al ya Ra, tapi Al ga bisa ngelawan takdir, dan Al ga bisa jadi satu orang itu untuk saat ini, tapi Al janji, Al bakalan datang lagi kesini buat ketemu sama Ara dan buat kabulin permintaan Ara, menjadi satu orang itu"
Mereka saling mengenal satu sama lain tapi mereka lupa untuk mengenal lebih dalam.
Siapa itu al? Ara tidak tau, yang Ara tau dari saat itu sampai kini ialah Al adalah Al, begitu juga sebaliknya Al hanya mengenal ara, Ara adalah Ara.Sedangkan dimasa depan akan banyak nama serupa yang akan mereka temui tapi mereka tak tahu, bagaiman cara takdir yang sudah memisahkan mereka akan mempersatukan mereka kembali? Akan kah Al akan kembali menepati janjinya untuk Ara atau sebaliknya?
Semoga saja takdir tak mempermainkan mereka, semoga saja takdir menentukan yang terbaik untuk mereka.
.
.
.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALVI [Completed]
FantasyKepergian orang yang menjadi panutan dan cinta pertama baginya, membuat dirinya berubah! Hingga sebuah rasa yang dulu ada kini kembali menggerogoti dirinya, kesulitan yang telah dirasakan selama penantian panjang membuat dirinya tegas akan pendiria...