Pergi ke Danau

82 8 0
                                    

Perasaanku campur aduk.

Pagi-pagi, aku sudah bangun dan langsung teringat hari ini adalah hari Sabtu. Benar, hari ini aku akan mengunjungi danau itu dan menyaksikan pertunjukan tari bersama Atlas. Seharusnya, aku girang bukan main, kan? Namun, entahlah, rasanya masih sedikit tidak tenang. Setelah merapikan tempat tidur dan membuka jendela kamar, seperti biasa, aku turun ke bawah untuk membuat sarapan. Ayah masih tidur, jam dinding yang digantung tepat di atas TV menunjukkan pukul setengah tujuh kurang. Kubuka jendela di dekat meja makan, membiarkan udara pagi perlahan masuk, dan menggoreng telur mata sapi di dapur. Menyantapnya sendirian di meja makan, meneguk susu sapi dingin yang baru dikeluarkan dari kulkas sambil berpikir, bagaimana kalau nanti tidak hanya melihat-lihat danau itu, tetapi sambil piknik? Seperti yang biasa kulakukan dulu.

Sepertinya akan menyenangkan kalau nanti kami piknik. Membawa keranjang rotan yang sudah lama bertengger begitu saja berdebu di dalam gudang, mengisinya dengan beberapa bekal makanan dan minuman, menggelar kain alas bermotif kotak-kotak, mendengarkan musik sambil tidur-tiduran memandangi langit, awan, air danau, atau burung dan capung yang beterbangan. Pasti menyenangkan, ya?

Melihat-lihat foto piknik bersama Nenek tempo hari membuatku semakin rindu berpiknik di pinggir danau. Sudah lama sekali aku tidak piknik, apalagi di danau itu. Terakhir kalinya, yaitu sebelum Nenek pindah rumah ke surga. Mengingat kenyataan itu, perasaanku kembali campur aduk. Aku tidak tahu apakah ini ide bagus. Berpiknik di tempat yang sama dengan banyak ingatan serta pikiran baik dan buruk yang semestinya kukeluarkan dan kucurahkan pada seseorang, tapi sulit sekali rasanya. Seperti tertahan di kerongkongan dan setiap kali ingin memuntahkannya keluar, aku tersedak, lalu tercekik.

Akankah ini menjadi ide yang bagus? Aku hanya diam dan berpikir lama.

Setelah mondar-mandir dan luntang-lantung, berpikir dan sedikit gelisah-antara merasa senang dan sebaliknya, akhirnya pada pukul delapan tepat, kuputuskan untuk mengalihkan pikiran dengan membuat makanan perbekalan. Bagaimana pun, aku akan piknik karena ingin berpiknik. 

Jadi, kubuka lemari penyimpanan persediaan bahan-bahan di dapur dan memikirkan, kira-kira perlu membuat makanan apa untuk dibawa sebagai perbekalan. Ayah baru bangun dan membuat kopi hitam saat kubuat puding coklat lengkap dengan vla. Setelah puding itu jadi, kumasukkan ke dalam cetakan, dan buru-buru kusimpan ke dalam kulkas. Aku juga menghubungi salah satu toko kue dekat rumah dan memesan setengah lusin donat untuk dibawa.

Pukul sebelas lewat, satu notifikasi masuk di layar ponselku. Dari Atlas! Aku mendadak bersemangat setiap menerima pesan darinya, singkat atau panjang, penting atau sepele, semuanya selalu membuatku senang tidak karu-karuan. Rupanya, isi pesannya mengabari kalau dia akan menjemputku pukul dua siang. Rencana kami hari ini adalah ke danau lebih dulu, baru setelahnya ke acara pertunjukan seni tarinya karena memang jadwal pertunjukannya dimulai pukul tujuh malam.

Perasaanku kembali membaik dan jadi tidak sabar ingin cepat-cepat sampai ke pukul dua siang.

---

Rasa gelisah itu masih sedikit mengganggu.

Ini masih berkaitan dengan suasana canggung yang terjadi di antara aku dan Gavin serta janjiku untuk membantunya membagikan informasi tentang Venus. Namun, nyatanya, selama Gavin belum memulai aksinya mendekati  Venus, buat apa aku khawatir? Di sisi lain, aku sempat berpikir mungkin sah-sah saja kalau aku mengartikan hari ini sebagai 'aku masih punya sedikit kesempatan-meskipun sangat tipis-untuk 'mengenal' Venus lebih baik lagi'. Bagaimanapun juga, ini Venus. Ini kesempatan duduk berdua dengan Venus. Sekali lagi saja. Duduk berdua dan menikmati momen, seperti yang kami lakukan di Bukit Bintang waktu itu. Pergi ke danau adalah kesempatan bagus. Pada kesempatan dalam kesempitan yang sangat sempit ini bercampur dengan ketakukan diam-diamku akan kemungkinan bahwa bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir untuk berdua dengannya, aku berniat untuk membuat hari ini sebagai hari yang berkesan.

AtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang