Ini adalah sebuah keharusan yang paling membosankan di kelas Bahasa Indonesia. Sepanjang masa. Sumpah, tidak bohong. Aku tidak mengerti mengapa Bu Tanti sampai terpikir memberi kami tugas aneh semacam ini: menulis fakta diri sendiri. Seberapa banyaknya terserah dan yang penting harus fakta nyata tentang diri sendiri.
Bagian paling tidak pentingnya adalah saat fakta-fakta tersebut dibacakan satu-satu oleh pemiliknya di depan kelas.
"Ini penting. Supaya kalian lebih mengenal teman kalian satu sama lain," ujar Bu Tanti.
Jujur saja, pembacaan daftar fakta itu malah menunjukkan secara akurat bahwa beberapa anak di kelas ini tidak kumengerti isi otaknya. Anak-anak yang lebih berbobot menulis hobi dan cita-cita, sifat, dan rutinitas di daftar mereka. Anak-anak lain yang tidak kupahami rata-rata menulis nama, tempat dan tanggal lahir, alamat rumah, jumlah anggota keluarga, alamat email − kalau seperti itu, sih, namanya biodata, bukan fakta.
Aku menguap lebar dan kembali melihat daftar faktaku, jumlahnya ada sepuluh. Kulirik punya Gavin, teman sebangkuku. Dia menulis tujuh fakta dan isinya seratus persen bukan hal-hal penting, seperti: 'Saya tidak suka roti untuk sarapan' atau 'Saya suka ikan goreng'. Hal-hal seperti itu bukan hobi apalagi minat, hanya preferensi dalam memilih, siapa juga yang akan peduli? Kesimpulan terbulatnya adalah ini memang tugas paling tidak penting seabad ke-21. Demi Tuhan, kapan pelajaran ini selesai?
"Berikutnya, Atlas," Bu Tanti mengangkat kepalanya untuk mencariku di antara lautan kepala manusia. Aku mengangkat tangan dengan enggan. "Ya, silahkan maju, Atlas."
Aku maju ke depan kelas dan membuka daftar faktaku. "Nama saya Atlas dan ini sepuluh fakta tentang saya." Aku mulai membaca.
1. Saya suka fotografi
2. Saya suka pegunungan
3. Saya suka musik
4. Bermain gitar dan bass adalah hobi saya selain fotografi
5. Saya ingin keliling dunia dan pergi ke tempat-tempat baru suatu hari nanti
6. Saya ingin kuliah di luar negeri, di mana saja asal di luar negeri
7. Cita-cita saya adalah bekerja menjadi apa saja, yang penting jalan-jalan dan memotret
8. Oasis adalah salah satu band favorit saya
9. Saya pendukung setia Jerman di setiap liga bola
10. Olahraga yang paling saya suka adalah lari dan futsal
---
Kadang kamu menyukai seseorang, entah untuk alasan apa. Aku meragukannya apakah aku benar-benar menyukainya karena rasa kagum yang tak surut-surut sejak pertama kali bertemu atau hanya karena aku membutuhkan seseorang untuk didambakan. Meskipun hanya diam-diam. Barangkali keduanya. Perasaan macam ini terasa menggembirakan sejak awal, meletus-letus seperti kembang api yang berpesta di langit tahun baru, kadang mendebarkan tapi jenis mendebarkan yang menyenangkan. Mungkin aku sudah terlalu lama tidak merasakan perasaan macam ini. Sejak yang terakhir kalinya... dua tahun yang lalu.
Atlas berdiri di depan kelas, membacakan daftar faktanya yang singkat dan padat (hanya 10 fakta, bahkan aku bisa mengingatnya!), dan rasanya seperti aku tidak membutuhkan liburan untuk dua tahun ke depan. Menginap dua minggu di hotel bintang lima di luar negeri, kalah telak. Aku lebih memilih memandangi pemandangan ini selama-lama mungkin, meski sayangnya hanya bertahan kurang dari dua menit. Ada alasan untuk menjadi sedih, tapi sedikit, hanya tipis. Saat kamu mengagumi seseorang dari jauh, menyukainya diam-diam, bagaimana kamu tahu cara dia membalasnya? Jadi pemimpi boleh, tapi aku yakin selalu ada rencana yang harus kuambil.
Aku menunggu Bu Tanti memanggil namaku, yang pastinya masih harus menunggu sangat lama karena sebuah mukjizat jika nama berinisial V tidak ditaruh di absen urutan bawah. Kemudian, giliran teman sebangkuku, Damita, dipanggil ke depan. Daftarnya sangat panjang, kira-kira sampai dua puluh tigaan. Aku juga heran dia menulis apa saja, katanya rahasia supaya aku bisa langsung mendengarnya dibacakan di depan. Sambil menyimak, aku memanfaatkan momen ini untuk menyalin ulang daftar faktaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas
Dla nastolatkówUntuk Atlas: Sekeras apapun usahamu, perempuan bernama Venus itu akan selalu tampak penuh misteri di matamu. Dunianya tak lain satu planet berisi koleksi kontradiksi dan kumpulan paradoks yang saling terikat, bertumpang tindih, bercampur aduk memben...