Di tengah-tengah kemacetan selama perjalanan pulang, kami berujung membuat playlist kedua. Kali ini berjudul Atlas vs. Venus (Vol. 2) dengan deskripsi sesuai permintaaku,'the coolest playlist ever invented'.
Kali ini giliran Venus yang pertama memilih lagunya. Sebelum dia mengetik satu judul lagu yang akan membuka playlist kolaborasi kedua kami, dia memandangi permukaan jendela yang dihinggapi bulir-bulir air hujan, membuat lampu sen dari mobil-mobil yang berhenti di sebelah kami tampak rabun. Wiper di hadapanku bergerak setiap sepersekian detik-membasuh rintik-rintik hujan yang kerap datang kembali, dibasuh lagi, dan datang kembali lagi. Kaki kiriku memijak rem sembari menanti lampu merah berubah kuning perlahan menjadi hijau, meskipun lampu hijau pun rasanya tidak lagi memberi kepuasan seperti biasanya. Jalanan di depan kami sama macetnya seperti menanti lampu merah berganti hijau-semua kendaraan berhenti, mengantre-di tengah hujan yang mendadak deras dan masih ada belasan kilometer yang harus kami tempuh untuk sampai ke daerah rumah kami.
"Baiklah, sesuai isi hati yang sedang dicurahkan alam dan semesta," Venus mengetik satu judul lagu dan memasukannya ke dalam playlist Atlas vs. Venus (Vol. 2). Dia menekan tombol play dan berkata, "Well I Wonder, The Smiths. Mari kita mulai dengan perasaan sendu, untuk kali ini."
Aku menganggapnya sebagai pilihan yang cerdas.
"Well I Wonder adalah salah satu lagu terbaik The Smiths selain the legendary There Is A Light That Never Goes Out dan This Charming Man." Ketika lagunya hampir habis, aku berkomentar lagi. "Lagu ini punya outro yang bagus, Johnny Marr layak mendapat lebih banyak tepuk tangan. Oke, selanjutnya bagaimana dengan The Cure?"
Venus mengangguk kecil, masih menerawang ke luar jendela, entah memandangi jalanan yang basah, butir-butir air hujan di kaca jendela, atau lampu sen mobil yang tampak blur. "The Cure, pilihan yang bagus." ujarnya.
Aku memilih lagu The Cure yang berjudul Fire in Cairo. Setelah menghabiskan waktu berada di perjalanan yang jalannya tersendat-sendat karena macet, mengobrol sembari memilih lagu, terciptalah playlist Atlas vs. Venus (Vol. 2) yang berjumlah dua belas lagu dengan total durasi satu jam tujuh menit.
Atlas vs. Venus (Vol. 2)
"The coolest playlist ever invented"
Well I Wonder - The Smiths
Fire In Cairo - The Cure
Big Mouth Strikes Again - The Smiths
Morning Glory - Oasis
Disorder - Joy Division
Teena Age Riot - Sonic Youth
Cherry - Chromatics
Guna Manusia - Barasuara
Elastic Hearts - Reality Club
If You Know That I'm Lonely - FUR
Youth - Daughter
Indahnya Sepi - Mondo Gascaro, White Shoes & The Couples Company
No Exit - Tennis
Sendu Melagu - Barasuara
Kami telah memasuki cluster tempat tinggal Venus ketika lagu pilihanku, Sendu Melagu oleh Barasuara hampir selesai. Cluster rumah Venus tidak terlalu besar, hanya ada 8 blok dan dua jalan utama, rumah-rumahnya dibangun dalam susunan yang rapi dengan bentuk dan ukuran yang sama, bergaya minimalis dengan cat putih tanpa pagar, satu garasi, dan sepetak taman. Aku yakin cluster ini masih terbilang baru, pasti belum ada sepuluh tahun.
"Ya, kami pindah kemari waktu gue kelas enam SD. Jadi, sekitar 6 tahun yang lalu," jawab Venus, sedangkan tangannya menunjukkan arah menuju rumahnya. Sepertinya, kami semakin dekat. Dia berujar lagi, "Percaya nggak, kita adalah pembeli pertama dan kita juga yang pertama kali menempati cluster ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas
أدب المراهقينUntuk Atlas: Sekeras apapun usahamu, perempuan bernama Venus itu akan selalu tampak penuh misteri di matamu. Dunianya tak lain satu planet berisi koleksi kontradiksi dan kumpulan paradoks yang saling terikat, bertumpang tindih, bercampur aduk memben...