Minggu kedua bulan Desember. Hari Selasa. Hujan deras. Terjebak di kantin.
Sewaktu aku dan yang lainnya berjalan ke kantin tidak lama setelah bel istirahat pertama berbunyi, hujan belum turun walaupun langit memang mendung dan ada tanda-tanda mau gerimis. Kemudian, setelah kami memilih tempat duduk, yang kebanyakan masih kosong karena kantin tidak seramai biasanya, baru gerimis turun. Saat kami memesan bakso, gerimis pun berubah menjadi hujan yang lama-lama makin deras.
Sambil menikmati semangkuk bakso, aku mengamati rintik air hujan makin menggila derasnya, lapangan di depanku yang jadi basah, dan samar-samar menyimak obrolan seputar gosip dari mulut Cindy dan Ghea. Setelahnya, beralih membicarakan guru yang menyebalkan dan tugas sekolah yang mulai menumpuk serta guyonan-guyonan Adon yang lain.
Aku lebih banyak diam dan mendengarkan, sesekali ikut tertawa. Tidak tahu kenapa, semua percakapan jadi terasa membosankan.
Tidak banyak yang baru ataupun berubah, bahkan segala hal terasa mendadak berlalu begitu cepat. Hari-hari sekolah, hari-hari di tempat les, hari-hari di rumah, segalanya mulai terfokus pada satu tujuan yang rasanya semakin dekat dan semakin runcing: rencana kuliah. Semuanya tidak jauh-jauh lebih banyak membicarakan soal itu. Suasana orang-orang di sekolah juga sedikit lebih intens dari sebelumnya. Apalagi, sebentar lagi ujian akhir semester ganjil dan pembagian rapor.
Di sisi lain, hujan turun setiap hari selayaknya bulan Desember pada biasanya, membuat kelas menjadi sangat dingin ditambah pendingin ruangan yang menyala setiap saat. Banyak anak-anak yang jadi bawa jaket, kardigan, atau sweater apapun itulah, lalu mengenakannya di dalam kelas, membenamkan diri di lengan berbalut baju tebal itu dan tertidur di sela-sela jam pelajaran. Sementara itu, guru kesiswaan sedang di masa sibuk-sibuknya menegur banyak murid yang berseliweran di koridor yang memakai baju luaran hangat. Menyalahi aturan seragan, begitu kata guru kesiswaan. Lalu, para murid akan berdalih dengan alasan, "Dingin, lagi musim hujan, Pak, Bu.". Itu masuk akal, kan?
Kembali pada keseharian dan percakapan di kantin yang lama-lama menjemukan.
Tiba-tiba saja, Karinta yang duduk di depanku bertanya, "Hei, gimana kelanjutan lo dengan Stefina?" keningnya berkerut.
Aku meliriknya sesaat. "Baik-baik aja."
"Katanya lo bersikap aneh belakangan ini." lanjut Karinta, dia terdengar khawatir.
Alisku terangkat satu. "Aneh gimana?"
"Kayak menjauh."
Ketika dia menyebutkan kata 'menjauh', yang terlintas di pikiranku adalah Venus. Kami menjauh. Aku menjauh, dia pun menjauh. Setelah lama tidak berinteraksi dengannya, aku menyadari sesuatu yang membuatku semakin tidak ingin menyadarinya. Diam-diam memantau dan mengamati Gavin dan Venus di kelas setiap hari membuatku tersiksa.
Aku sadar apa yang selama ini mengusikku dan menyadari sesuatu yang membuatku terusik membuatku merasa terusik juga. Bisakah aku mengubur dalam-dalam semua perasaan dan pikiran yang mengganggu ini? Ayolah. Aku tidak suka harus mengakuinya kalau aku mengalami kondisi ini. Tertarik diam-diam pada seorang perempuan yang sekarang jadi gebetan teman baikmu sendiri sama sekali bukan kondisi yang menyenangkan. Nggak keren.
Hubunganku dan Venus jadi renggang, itu sudah jelas. Sebagai kawan yang baik, aku mencoba menghargai Gavin; upaya-upayanya menarik hati Venus, berbagai waktu dan tenaga yang dikerahkan seolah perempuan yang ada di hadapannya adalah sebuah teka-teki yang penuh misteri.
Hubunganku dengan Gavin juga tidak begitu baik, setidaknya bagiku. Banyak berpura-pura ternyata melelahkan. Pura-pura senang mendengar ceritanya kalau Venus menunjukkan sikap, sedikit saja, tertarik pada dirinya. Pura-pura mendukung setiap tindakan yang dia ambil. Pura-pura tahan menyimak semua keluhannya dan pura-pura tulus memberinya banyak bala bantuan berupa saran-saran jitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas
Teen FictionUntuk Atlas: Sekeras apapun usahamu, perempuan bernama Venus itu akan selalu tampak penuh misteri di matamu. Dunianya tak lain satu planet berisi koleksi kontradiksi dan kumpulan paradoks yang saling terikat, bertumpang tindih, bercampur aduk memben...