Harus Bagaimana?

94 9 2
                                    

Atlas akan datang ke rumah hari ini.

Meskipun hanya untuk mengerjakan tugas kelompok, tetap saja kenyataan itu membuat hatiku jumpalitan. Pagi-pagi aku bangun untuk merapikan seluruh rumah, menyapu, mengepel, membersihkan pajangan yang tertata di lemari kaca di ruang tengah, mengelap kaca jendela, membersihkan seluruh meja dan kursi, dan memastikan dapur sudah bersih, kamar mandi juga. Semua harus terbebas dari debu dan noda. Sementara itu, ayahku pergi memancing bersama salah seorang tetangga, yang sebenarnya, tidak terlalu dekat dengannya. Tumben, pikirku. Tapi, mungkin dia memang ingin melakukan itu. Sudah lama juga dia melupakan hobi memancingnya. Jadi, ayahku pergi tadi pagi, meninggalkan dua lembar uang untukku membeli makanan dan aku menunggu Atlas serta Aya untuk datang. Mereka akan datang pukul satu siang katanya.

Aku tidak bisa menggambarkan dengan pasti perasaan hatiku sekarang. Senang, bercampur tegang. Kupastikan seluruh rumahku rapi, entah untuk alasan apa. Padahal, siapa juga yang akan peduli? Memangnya Atlas bakal menilai kebersihan rumah seseorang? Dia bukan inspektur kebersihan, aku tertawa dalam hati. Tapi, aku hanya ingin terlihat sangat baik. Orang yang diam-diam kau sukai akan mengunjungi rumahmu, apa itu artinya? Keajaiban dan kebahagiaan. Aku hanya ingin menampilkan kesan yang bagus. Apa itu berlebihan?

Pukul satu tepat, Aya sampai. Dia diantar kedua orang tuanya naik mobil. Mereka membuka kaca jendela, melambai sebentar padaku, lalu mengingatkan Aya untuk minum obat dan jangan sampai telat makan sore. Ini catatan juga buatku. Setelahnya, mereka pergi dan kupersilakan Aya masuk ke dalam rumah. Aku baru pertama kali melihat Aya di luar sekolah dan kedua orang tuanya tampak sangat menyayanginya.

"Wah, sepi banget, ya?" komentar Aya ketika memasuki ruang tamu, tempat kami akan mengerjakan tugas, sambil memandangi sekelilingnya. "Pada pergi ke mana?"

"Ayah lagi mancing sama tetangga," jawabku. "Kalau Kakak kuliah di Bandung, ngekos. Jadi, ya, begitulah, semua sibuk sama urusan masing-masing."

Aya hanya mengangguk-angguk, lalu memperhatikan pajangan yang memenuhi lemari kaca. Aku berjalan ke dapur untuk membuatkan minum sembari bertanya, "Aya, mau minum apa? Teh atau sirup?"

Dia menjawab, Apa saja. Kubuatkan teh manis hangat. Lalu, tiba-tiba dia bertanya lagi dari ruang tamu, "Hari ini home alone, ya? Ibu lo lagi pergi juga?"

Aku terhenyak sambil tersenyum kecil, menghentikan aktivitas menyeduh teh, lalu melongokkan kepala dari dapur, menoleh ke arah Aya di ruang tamu. Pertanyaan semacam itu sangat biasa ditanyakan, apalagi Aya tidak terlalu mengenalku. Setelah sekian lama berpikir, akhirnya kujawab seadanya yang membuat wajahnya sedikit memucat, lalu meminta maaf.

Aku menepisnya sambil tersenyum dan menggeleng pelan, "Bukan masalah. Yuk, kita minum tehnya!"

Kami berbincang-bincang ringan di ruang tamu sambil minum teh dan menyantap kue kering. Aya menanyakan apakah sehari-hari rumahku selalu sepi begini dan kujawab, Ya, kurang lebihnya begitu. Kemudian, dia bercerita tentang rumahnya yang selalu ramai. Ada abang-abangnya yang usil dan hewan-hewan peliharaannya yang macam-macam; kucing, burung, kelinci. Aku mengusulkan untuk kerja kelompok di rumahnya kapan-kapan karena rumahnya terdengar ramai dan seru. Dia tertawa, lalu mengiyakan dengan senang. Aya juga bercerita sedikit tentang sakit lupusnya. Sudah lumayan lama, berjalan tiga tahun katanya. Selama itu dia tidak banyak bersosialisasi di luar sekolah atau di luar ruangan, khususnya untuk menghindari terpaan matahari. Orang tuanya juga berubah sedikit lebih protektif dan membatasinya supaya tidak sering main ke luar. Hal itu berdampak pada lingkar pertemanannya yang kian lama kian mengecil. Makanya, ketika dia diajak kerja kelompok hari ini, dia senang sekali.

Atlas datang lima belas menit kemudian. Aku bisa mendengar suara deru mesin mobilnya yang begitu kukenal, diberhentikan tepat di depan pagar rumahku. Kubuka pintu dan dia sudah berdiri di depan pagar, hendak menekan bel.

AtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang