61 • RUN
Malam menjelang pagi, matahari pagi sudah menghiasi langit. Raveena mengeserkan tubuh nya ke sisi kanan, dimana Rasen tertidur dengan posisi duduk di samping bangkarnya. Tangan nya terulur menyentuh rambut tebalnya Rasen.
"Udah mau gondrong aja nih rambut pahmud (papa muda)" Gumamnya terkikik pelan. Rasen masih tertidur, seperti nya dia kelelahan untuk menjaga Raveena semalaman apalagi posisinya yang pasti sangat tidak nyaman jika untuk tidur.
"Gue bingung Sen, haruskah gue maafin lo?" Lanjutnya bermonolog dengan seri wajah kini merenggut. Pipinya mengembung sambil menatap langit-langit kamar.
"Mungkin untuk saat ini gue belum bisa maafin lo Sen apa lagi orang tua gue, karena gue udah sakit hati banget sama kalian" menghela nafas pelan dia pun beralih posisi berbaring ke duduk, menyandarkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar. Bayangan-banyangan kejadian saat dia di perlakukan tidak baik oleh orang tua nya berputar kembali membuat dirinya terdiam sambil menatap wajah lelah Rasen.
Nyatanya pergerakan Raveena tadi membuat tidur Rasen terganggu,Rasen pun bangun, ia memegang lehernya yang sakit akibat posisi tidurnya yang tidak nyaman. Melihat itu Raveena pun langsung saja merubah raut wajah nya dengan cepat menjadi datar.
"Sayang kamu udah bangun dari tadi, kenapa ga bangunin aku hm?" Tak ada jawaban dari mulut Raveena membuat Rasen pun tersadar mungkin Raveena masih marah padanya.
"Kamu masih marah sama aku?" Raveena masih saja diam sambil menatap langit-langit kamar inapnya dengan perasaan campur aduk, ia bingung harus bersikap seperti apa sekarang. Satu kata yang bisa digambarkan adalah canggung!
"Kalau kamu ga mau jawab sekarang gapapa, aku ke toilet dulu ya" Rasen berucap sambil tersenyum tulus pada Raveena lalu ia beranjak dari tempat tidur pergi ke toilet untuk mencuci muka. Raveena kembali melamun menatap jendela yang menampakkan burung-burung yang sedang berada di ranting pohon.
Btw Rasen senyum tadi cakep banget anjir, pen teriak gue!! Teriaknya membatin sambil berusaha menahan senyumnya.
Beberapa saat kemudian pintu ruang inap nya terbuka membuat Raveena pun beralih menatap pintu, mereka adalah keluarga Abraham yang kembali menjenguk seorang perempuan yang kini telah berbadan dua.
Semua orang terkejut sekaligus bahagia melihat Raveena telah siuman, Maya dan Romi langsung berlari menghampiri Raveena dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
"Nak, Alhamdulillah kamu sudah bangun sayang, maafin mami yang udah jahat sama kamu, mami udah salah sangka sama kamu, mami menyesal nak, maafin mami" Ucap Maya sambil menangis dan memeluk Raveena. Raveena terkejut karena keluarganya datang mendadak, ia belum siap untuk bertemu mereka bayangan saat ia di sakiti masih saja terasa membuat hatinya terasa sakit
Begitu pun dengan romi, ia meminta maaf pada anak tunggal nya karena telah berbuat hal yang tak seharusnya ia lakukan
"Papi juga minta maaf Nak, Papi sudah salah, papi yang salah karena sudah memasukan orang asing ke keluarga kita. Papi mohon maafin papi sama mami nak, kami orang tua yang ga berguna, ga bisa jagain anak"
Raveena diam tak membalas pelukan Maya maupun ucapan Romi, ia masih belum bisa walau hanya untuk memaafkan kedua orang tuanya.
Rasen yang tengah menggodok gigi mengernyitkan dahinya bingung mendengar suara ribut yang berasal dari luar, dengan gerakan cepat dia langsung menyelesaikan aktivitas nya ini dan langsung berlari keluar dari toilet karena takut terjadi sesuatu pada Raveena.
"Mi, Pi?" Ucap Rasen yang terkejut melihat mertuanya yang sedang memeluk Raveena namun Raveena diam saja tak membalas pelukannya.
"Rasen, kenapa ga bilang kalau Raveena sudah siuman. Kan kita bisa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Husband
Teen Fiction•ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ʟᴇɴɢᴋᴀᴘ ᴍᴀʀɪ ᴍᴀᴍᴘɪʀ ʏᴜᴋ ɢᴜʏꜱ Berawal dari perjodohan antar bisnis ini melibatkan Raveena si cewek julid di Saebom High School. Terpaksa menikah dengan Rasen si cowok dingin tapi berpenampilan keren bak bintang model di sekola...