MCH

5.7K 173 2
                                    

62 • Kepergian

Raveena terduduk di atas bangkar dengan tatapan kosong, ia menatap lurus ke depannya dengan tatapan kosong tapi tidak dengan pikiran dan hatinya kini terasa sangat hancur berkeping-keping. Rasa semangat didirinya telah hilang begitu saja saat benerapa menit yang lalu ia telah dinyatakan keguguran.

Begitu dia sadar dari pingsannya, ucapan dokter yang mengatasinya tadi terus berputar di kepalanya Raveena. Dia mengatakan jika benturannya terlalu kuat dan janin didalam perutnya yang memang terlalu lemah terpaksa harus digugurkan demi keselamatan keduanya. Jika tidak maka bayi itu pasti akan terlahir dengan cacat.

Entah Raveena tidak tahu harus bagaimana nanti menjelaskan kepada keluarga besarnya nanti terlebih Rasen, dia takut Rasen akan kecewa padanya. Kedua matanya membengkak dan bibirnya pusat pasi begitupun wajahnya karena menangisi insiden yan dia alami ini sudah hampir satu jam mungkin.

Sedangkan disana Rasen bersandar pada dinding rumah sakit di depan ruang rawat Raveena. Pria itu baru saja mendengar kabar dari dokter yang mengabarkan jika Raveena keguguran.

Jujur saja hati nya teramat sangat pedih kala tahu bayinya itu telah pergi kembali kepada tuhan.

Baru saja dia bahagia dengan kabar akan kehadiran sang buah hati di kandungan istrunya itu namun, dia terpaksa menelan kepahitannya.

Apa harus begini terus alur hidup mereka? Diberikan liku disetiap jalan, kapan adanya jalan lurus itu? Kapan ini semua akan berakhir?

Rasen berjalan perlahan mendekat ke pintu, dia mengintip dari kaca sana. Terlihat Raveena yang menekuk kedua lututnya sambil membenamkan wajahnya disana disertai isakan tangis.

Rasen menghela nafasnya pelan, perlahan tapi pasti dia bergerak masuk kedalam. Mendekati Raveena disana.

Mendengar suara derap langkah mendekati nya lantas saja Raveena langsung mendongak kan kepalanya.

Raveena kembali tak kuasa menahan isakannya yang tadi dia tahan. Hatinya terasa pilu sekali betapa dia sudah mengecewakan suami nya. Dia merasa sangat bersalah dan menyesal karena tak bisa menjaga dengan baik titipan tuhan padanya.

"R-Rasen, d-dia pergi" ucapnya disela-sela sesegukan.

"M-maaf aku gak bisa jagain dia" Rasen mendekap nya, mengelus punggung Raveena. Dia meletakkan dagunya di atas kepala istrinya sambil mengucapkan kata untuk menenangkannya.

"Gak papa Veen, ini bukan salah kamu. Ini memang udah jadi takdir dia buat kembali ke Allah" ucapnya berusaha menenangkan nya.

Raveena menggelengkan kepalanya "Enggak! Ini salah aku Sen, kamu benci aku kan karena gagal jaga dia!" bantahnya.

"Aku gak benci kamu Veen, udah gak papa, kita ikhlasin ya"

Raveena perlahan menganggukkan kepalanya pelan, dia membenamkan wajahnya di dadanya Rasen sambil terus menangis. Andai saja dia mendengarkan ucapannya Rasen maka ini pasti tidak akan terjadi.

Andai, itu hanya andai dan tidak akan pernah menjadi nyata. Andai saja dia tak kabur dari keluarga nya, andai saja dia tidak menuruti ucapan Tasya yang menyuruhnya melewati tangga darurat itu dan berakhir seperti ini. Apa yang ada dipikiran nya Tasya hingga dia tega mendorongnya.

Raveena menyesal sangat menyesal, dulu memang dia tak menginginkan bayi ini namun setelah kehilangan nya kini dia sadar seharusnya dia tak berfikir seperti itu sejak awal, seharusnya dia lebih hati-hati akan kehamilan nya ini. Seharusnya, sudahlah.

Benar seperti kata orang, kita baru akan menyayangi nya sampai sesuatu itu pergi, dan kini dia ada di posisi itu. Sakit rasanya harus merelakan bayi nya yang baru saja dia kandung.

"Rasen.."

"Sst...  Udah gapapa Veen, udah ya, kamu tenang" ucap Rasen dengan pelan. Bohong jika dia merasa tak baik, kini dia sangat hancur. Kehilangan bayi nya itu hal yang menyakitkan baginya apalagi Raveena.

"Tasya Sen, Tasya yang bikin g-gue sampe keguguran begini..hiks" ucap Raveena sesegukan.

"Tasya?"

"Iya.." lirihnya

Bbrak!!

"Raveena cucu omah!!!"

Gebrakan dan teriakan dari Setha omah nya itu membuat mereka berdua terkejut, setelah mendengar kabar dari sang dokter keluarga Raveena dan Rasen sangat kaget sekali dan merasa sakit hati mendengar nya. Lantas mereka langsung saja menyusul Raveena disini dan sekarang ya... Bisa kalian duga akan seperti apa.

"Raveena kamu baik-baik aja kan cu..." Lirih Setha setelah teriakan nya tadi yang menggelegar.

Raveena melepaskan dekapan dari Rasen dia menatap depannya, ke keluarganya yang sedang pada dramatis di depannya saat ini.

"Nak...s-siapa yang bikin kamu sampai begini..hiks" isak Maya

Raveena menunduk diam sambil menggigit bibir dengan kuat, tangannya itu mengelus perut nya yang rata, tak ada isinya. Bayinya telah pergi percuma juga Raveena menangisi nya itu tak akan bisa mengembalikan waktu. Betul bukan?

"Raveena jawab mami! Siapa yang bikin kamu begini!!!" tegas Maya dengan tangisan yang mengencang. Mereka semua terdiam semua, bukan tak mau ikut membacot teriak begitu, biarkan Maya dulu yang membuka suara...

Raveena masih saja terdiam,"Raveena jawab mami nak..., Siap-"

"Tasya"

Tasya, dia berlari kabur dari rumah sakit ini begitu melihat Raveena yang telah terpapar begitu saja di lantai. Panik? Sedikit, ya hanya sedikit karena banyak rasa kepuasan dari dalam dirinya. Harap saja Raveena bisa meninggal setelah itu.


"Gue berharap lo bakalan mati!"

🎶

Guys sorry ya cuman segini, gw udh lupa bgt gimana cara nulis wtpd saking lama hiat nya, Soo... Gw mesti banyak belajar ngehalu dulu biar bisa nulis nya lebih apa itu anu!!!

Biar bisa lebih kek kebawa emosional aja gitu, part ini gw di bantu temen gw sendiri juga bikinnya(╥﹏╥)

Sorry lama up, sebisa mungkin part berikut nya bakalan lebih panjang.

My Cool HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang