"Hm..."
Jaka perlahan membuka mata, aroma lezat menggelitik hidungnya. Dengan segera cahaya matahari yang menerobos jendela kaca menyilaukan penglihatannya. Langit di luar terlihat sudah cukup cerah. Tidak hanya itu, dilihat dari banyaknya cahaya yang masuk ke dalam ruangan, tampaknya saat ini sudah lewat jam pagi.
"Jam berapa...," Jaka berulang kali mengerjap, lalu mengintip jam digital pada ponselnya. "Astaga, udah jam satu."
Jaka bangkit duduk di ranjang dengan dahi mengerut sangat dalam. Dia tidak ingat jam berapa dia tiba di kos. Melihat kemeja yang menempel di tubuhnya saat ini, masih sama dengan yang dia kenakan untuk kencan kemarinㅡyang gagal. Menandakan bahwa dia pasti sudah terlalu lelah untuk berganti pakaian sebelum tidur.
Kabar baiknya hari ini adalah akhir pekan, jadi tidak masalah kalau Jaka bangun sesiang ini. Ngomong-ngomong, bau apa itu? Dia menoleh ke sumber dari mana bau itu berasal. Selain ruang tidur dan kamar mandi, terdapat dapur kecil di dalam kosnya. Muncul penampakan seorang pemuda berseragam sekolah menengah di sana.
Jaka membeku terkejut.
Raka menatap Jaka sejenak, sesaat setelah dia menyadari pergerakan pria itu. Lantas dia melambaikan tangan disertai senyum lebar mengembang di bibir.
"Selamat siang," sapanya.
Jaka melompat dari ranjangnya dan berteriak, "Siapa kamu?!"
"Kamu bisa melihat seragamku... aku hanya seorang siswa sekolah menengah," Raka memaksakan senyum.
"Ngapain kamu ada di sini?!"
Mendengar itu, Raka sedikit memiringkan kepala bingung, "Bukannya Om sendiri yang mengijinkan aku menginap di sini?"
"Aku bukan om-om!"
"Om jangan marah-marah nanti cepat tua," Raka mengeluarkan suara tawanya.
Jaka menghela napas, "Ngomong-ngomong, bau apa itu? Kamu bikin apa?"
Raka melangkah ke samping, memperlihatkan panci dengan uap panas mengepul di atas kompor di belakangnya. Jaka berjalan mendekat untuk membuka tutupnya, dan dia melihat sup bihun sedang dalam proses.
"Jangan sembarangan masak di dapur rumah orang tanpa ijin," Jaka melipat tangannya di depan dada.
Raka menanggapi omelan Jaka hanya dengan helaan napas panjang.
"Apa? Kenapa ekspresimu begitu?"
"Om sendiri yang memintaku untuk masak sup bihun," jawab Raka.
"Berhenti memanggilku Om!"
Mengangkat bahu dengan kesal, Raka bertanya dengan nada agak menuntut, "Kalau ga boleh manggil Om, terus aku harus memanggilmu apa?"
"Panggil aku apapun yang kamu mau, atau keluar aja dari sini," Jaka berkata tak acuh.
Dia tak habis pikir, betapa tak tahu malunya pemuda itu ketika berada di tempat tinggal orang lain. Belum lagi, pemuda sekolah menengah itu menggunakan dapurnya tanpa ijin. Sungguh tak punya sopan santun.
"Apa kamu ga ingat apa-apa? Aku luntang lantung tadi malam di bawah tiang lampu waktu kamu menghampiriku, Om."
"Seperti yang aku bilang, aku bukan om-om," Jaka menekankan kalimatnya, lalu kedua alisnya terangkat saat ingatan hari kemarin naik ke permukaan. "Tunggu, tiang lampu? Tadi malam?"
"Ohㅡ yang menonjol tapi bukan bakat itu?"
Raka mengerjap dengan cepat, "Aku ga paham apa yang kamu bicarakan."
"Kamu yang duduk memeluk lutut di bawah tiang lampu itu, kan?"
"Iya."
"Dari kejauhan pun aku bisa melihat bagian bawahㅡ"

KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [✓]
Fanfiction⌠ boy x boy | jeno x renjun ⌡ ❛❛ Rumah dan pulang bukan perkara tempat, tapi perasaan. ❜❜ kujangsiku noren ver alternate story of blue neighbourhood. bebas mau baca blue neighbourhood dulu atau tidak, tapi sebagian cerita itu berkaitan dengan ceri...