18 : Konversasi di Meja Makan

1.1K 214 39
                                    

Jesslyn terkejut saat mengetahui bahwa Jaka tinggal bersama anak di bawah umur. Terlebih lagi, anak itu tidak memiliki hubungan keluarga dengan Jaka. Dengan kata lain, Jaka telah memungut anak yang tidak diketahui latar belakang keluarganya serta alasan anak itu melarikan diri dari rumah. Meskipun Jesslyn merasa sedikit tenang karena anak yang tinggal bersama Jaka adalah seorang laki-laki. Namun, rasa khawatir masih melanda hati Jesslyn, dia menilai tindakan Jaka cukup berisiko.

Jesslyn berpendapat, siapa yang tahu kalau mungkin ternyata anak itu melarikan diri karena telah melakukan tindakan melanggar hukum. Mengingat bahwa ada sebuah hak istimewa bagi anak di bawah umur di depan mata hukum. Mereka bisa menggunakan status 'di bawah umur' untuk mendapat perlindungan atau meringankan hukuman. Tetapi, bagaimana dengan Jaka apabila dituduh ikut terlibat? Secara rasional, Jaka satu-satunya orang dewasa yang saat ini menempatkan Raka di dalam tanggungjawabnya.

"Aku bisa jamin. Dia anak yang baik."

Jaka menjawab tanpa ragu ketika Jesslyn bertanya kepadanya; apakah dia bisa menjamin semuanya akan baik-baik saja? Namun, jawaban itu tidak cukup untuk meyakinkan Jesslyn. Dia menempatkan kepeduliannya terhadap Jaka sebagai atasan sekaligus sahabat. Maka dia meminta kepada Jaka untuk dipertemukan dengan anak tersebut.

"Oh ya, siapa nama dia?"

"Raka."

"Tolong berhenti sebentar di mini market," Jesslyn menoleh pada Jaka yang langsung menepikan mobilnya di depan sebuah mini market. "Aku cuma mau beli beberapa camilan," katanya sebelum turun dari mobil.

"Oke, kalau begitu aku tunggu di sini aja."

Jaka meluangkan waktunya sejenak untuk merokok sembari menunggu Jesslyn yang tengah berbelanja di dalam mini market. Dia berdiri di luar dan menyandarkan tubuh pada mobilnya. Menghisap rokok disaat perasaan cemas dan gelisah berputar di dalam dadanya, dia menghembuskan asap rokok melalui mulutnya yang kemudian lesap terbawa angin malam. Tetapi, tidak ada yang berubah, dia justru merasa gugup meningkat, detak jantungnya juga bertambah cepat.

Jesslyn sejauh ini tampak baik, meskipun begitu Jaka tidak bisa menebak apa yang akan wanita itu lakukan kepada Raka. Di sisi lain, dia tidak memiliki alasan untuk menolak kedatangan Jesslyn ke kosnya.

"Jaka," saat sang pemilik nama menoleh, Jesslyn sudah berdiri di dekat mobil dengan membawa satu kantong plastik berisi makanan ringan. "Kita bisa pergi sekarang," ujarnya disertai senyuman.

Jaka mengangguk lantas membuang puntung rokok ke tanah dan kemudian menginjaknya hingga padam. Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan. Dia melirik kantong plastik yang ada di pangkuan Jesslyn. Rupanya wanita itu sengaja membeli banyak makanan manis setelah bertanya kepadanya makanan seperti apa yang Raka sukai. Mengetahui Jesslyn membelikan permen, coklat, jelly, dan makanan ringan lainnyaㅡdia tidak yakin apakah Raka akan merasa senang atau justru cemas akan kehadiran Jesslyn.

"Tunggu sebentar."

"Mm? Kenapa?"

Setibanya di depan pintu kos dan memutar kunci, tiba-tiba Jaka merasa gugup, "Ga, aku pikir aku belum membersihkan kosku."

"Eh? Bukannya kamu bilang kalau Raka yang melakukan pekerjaan rumah?"

"Iya... tapi, mungkin ada beberapa sudut yang belum dia bersihkan."

"Jangan merasa sungkan, Jaka. Aku ga masalah dengan apapun kondisi kosmu."

Jesslyn tersenyum lebar dan meraih daun pintu. Karena dia melakukannya secara tiba-tiba, tangannya bersentuhan dengan milik Jaka yang masih menggenggam daun pintu tersebut. Sontak saja Jaka mengalah dan melepaskan daun pintu dari genggamannya. Jesslyn perlahan membuka pintu, Jaka melihat ke dalam dan Raka berdiri tepat di depan pintu dengan mulut terbuka kaget. Setelah melihat secara bergantian antara Jaka dan Jesslyn, pemuda itu menundukkan kepala.

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang