05 : Membuka Hati

1.7K 268 12
                                    

Hari ini adalah akhir pekan.

Jaka duduk di atas ranjang dengan seprai yang tidak rapi. Dia menyalakan laptop untuk memeriksa email-email penting. Ketika dia mengunci atensi pada layar laptop, sebuah iklan muncul di sudut layar.





"Kabar baik khusus di hari anak! Timezone di seluruh Yogyakarta memberikan extra diskon 30% dan bonus 100 TIZO!"






Semangat iklan mengalihkan perhatian Jaka, isinya membuat kenangannya di masa-masa sekolah naik ke permukaan.

"Hm... dulu kalau pulang sekolah aku sering mampir ke Timezone dengan teman-temanku," Jaka bergumam sambil mengusap dagunya.

"Apa mungkin Raka juga begitu?"

"Eh?"

Raka yang sedang mengelap meja makan menoleh untuk menatap Jaka. Sepertinya dia mendengar perkataan pria itu.

"Ah, ga, gapapa kok. Ada iklan tentang diskon di Timezone. Aku dulu sering main ke Timezone dengan teman-temanku setiap pulang sekolah. Jadi aku cuma penasaran apa kamu juga begitu..."

"Aku mengerti... beberapa teman-temanku... maksudku teman-teman sekelasku juga ada yang sering main ke Timezone sepulang sekolah..."

"Bagaimana dengan kamu?"

Raka sedikit terhenyak mendengar pertanyaan pria itu. Dia terlihat merenung beberapa saat sebelum menjawab.

"Aku... ga punya teman..."

Mendengar jawaban itu, Jaka sekali lagi melihat kekacauan dan kesepian muncul dalam tatapan Raka ketika berkata demikian. Dia menekan bibirnya membentuk garis lurus, merasa telah salah memberi pertanyaan. Maka, dia buru-buru merubah topik pembicaraan.

"Aku baru sadar hari ini adalah hari anak," Jaka kemudian menatap ke arah Raka. "Bukankah kita harus merayakannya?"

"Hm?"

Raka memberikan tatapan bingung dan sedikit memiringkan kepala.

"Ayo kita pergi sebentar."

"Eh, ke mana?"

Raka menatap dengan terkejut saat Jaka bangkit dari ranjang dan merapikan seprai yang berantakan. Ketika Jaka berjalan ke kamar mandi, dia menoleh ke arah Raka seraya mengumumkan.

"Kita ke Timezone."

"Hah?"

•••



Jaka berjalan masuk ke area Timezone yang berada di lantai satu sebuah mall di Jogja. Ini mungkin pertama kalinya dia pergi ke Timezone sejak dia telah lulus sekolah. Banyak perubahan yang terjadi, selain penambahan jenis permainan, dia juga baru mengetahui cara membayar dengan sistem terbaru yaitu berupa TIZO.

"Jadi, apa ini yang kamu maksud dengan 'ga mau dicurigai sebagai duda beranak satu'?"

Jaka entah bagaimana berhasil menyeret Raka ke sini. Meskipun Raka tidak memprotes secara lisan, tapi dia mengerutkan bibirnya ke satu sisi untuk mengekspresikan keengganannya.

"Ah, di sana permainan tembak-tembakan," kata Jaka sambil menunjuk arah kanan.

"Ayo ke sana."

Raka melirik pria itu sekilas seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia menghela napas pendek dan berjalan menuju permainan yang Jaka maksud.

Jaka mengikuti di belakang pemuda itu, dia meluangkan waktu untuk melirik ke sekelilingnya. Berbagai kalangan usia mengunjungi tempat ini untuk bermain. Tidak hanya anak-anak dan remaja, bahkan orang dewasa juga tidak ingin ketinggalan.

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang