"Ka-kamu bercanda kan?"
Jaka sangat terkejut setelah mendengar pengakuan Jesslyn, pikirannya membeku. Ketika pikirannya berangsur kembali normal, tiba-tiba kekacauan berputar di kepalanya. Padahal, baru beberapa waktu yang lalu Jesslyn menolaknya dan mengatakan bahwa sudah memiliki kekasih. Apakah Jesslyn putus dengan kekasihnya? Tidak, tidak, tidak. Tetapi, jika memang benar Jesslyn putus dengan kekasihnya, lalu apa tujuan wanita itu mengungkapkan perasaan sekarang?
Jaka sempat berpikir bahwa mungkin dia hanya akan dijadikan pelampiasan. Pemikiran tentang antara dihargai dan tidak dihargai membuat kepalanya pening.
Jesslyn menggelengkan kepala sebelum menjawab, "Aku serius."
"Ga, tapi...," Jaka memotong, dengan nada kecewa dia mengatakan. "Kamu bilang sendiri udah pacaran selama empat tahun!"
Jesslyn tersenyum pahit, "Itu bohong."
"Eh?" Jaka tersentak dan menyandarkan punggung pada kursi. "Apa maksudmu?"
Jesslyn memasang ekspresi yang tak terbaca, dia berbicara dengan pandangan ke arah benda-benda di atas meja, "Ma-maaf... firasatku ini lumayan tajam."
"Firasat?"
"Benar."
Pada saat yang sama ketika Jesslyn mengangguk, seorang pelayan datang. Jaka lupa bahwa mereka memesan daging lagi sebelumnya, pelayan itu meletakkan sepiring daging sapi ke meja mereka dan pergi. Restoran terlihat semakin ramai, pelayan bergerak dari meja satu ke meja lainnya lebih banyak dari sebelumnya.
Jaka menarik kesadarannya kembali dari lamunan, sekarang dia merasa pikirannya jauh lebih tenang. Jesslyn dengan santai mendorong piring daging ke arahnya untuk dipanggang. Dia menerima piring dalam keheningan, dan meletakkan potongan daging satu per satu di atas panggangan.
"Aku sangat senang saat kamu menyatakan perasaan," Jesslyn menjelaskan disela-sela kebisingan suara memanggang daging meningkat. "Rasanya aku ingin melompat kegirangan. Tapi, aku merasa kalau 'hari itu belum tepat'."
"Hari itu belum tepat?"
"Benar," Jesslyn menjawab sambil menggerakkan jarinya di bibir gelasnya dengan gelisah, dia sama sekali tidak berani menatap lawan bicaranya. "Meski aku mengiyakan dan mulai berpacaran denganmu, firasatku bilang kalau ga akan langgeng. Karena perbedaan usia kita."
"Jadi itu firasatmu? Kamu meragukanku karena aku lebih muda darimu?"
"Makanya aku berbohong."
"Bohong kalau udah punya pacar?"
"Iya."
Jaka menghela napas dan mengambil penjepit. Dengan kata lain, jadi sebenarnya, saat itu, dia dan Jesslyn saling menyukai? Karena sekarang dia tidak yakin dengan perasaannya pada Jesslyn. Perasaan aneh yang tidak nyaman dan merasa tidak pada tempatnya tumbuh di dalam dirinya. Jujur, dia hanya bisa berpikir bahwa dia telah dipermainkan oleh wanita itu.
"Aku ga percaya," Jaka menegakkan punggungnya dan memberikan tatapan tajam. "Sulit dipercaya kalau kamu emang menyukaiku."
"Eh?" Jesslyn mengernyit, alisnya hampir bertautan. "Aku serius! Aku menyukaimu sejak lama!"
"Mungkin kamu cuma mau menjahili bawahanmu kan?"
Jesslyn menunjukkan ekspresi sedih setelah mendengar itu. Dia meletakkan garpunya dan menatap pria di hadapannya dengan ekspresi serius.
"Mana ada! Aku harus apa biar kamu percaya?"
"Hm..."
"Apa aku harus melakukan 'itu' denganmu biar kamu percaya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/277838810-288-k529729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [✓]
Fanfiction⌠ boy x boy | jeno x renjun ⌡ ❛❛ Rumah dan pulang bukan perkara tempat, tapi perasaan. ❜❜ kujangsiku noren ver alternate story of blue neighbourhood. bebas mau baca blue neighbourhood dulu atau tidak, tapi sebagian cerita itu berkaitan dengan ceri...