10 : Kegelisahan

1.3K 257 30
                                    

"Apa kamu benar-benar gapapa kalau kita melakukan ini?"

Raka mengangguk sebagai tanggapan. Pria itu mengungkung tubuhnya di atas ranjang dan bertanya dengan suara bariton rendah. Di dalam kamar dengan pencahayaan yang minim, dia bisa melihat pergerakan tubuh pria itu ketika merendah untuk memangkas jarak antara wajah mereka. Seorang pria berwajah tampan yang memancarkan suasana hangat, memperlakukannya dengan lembut, tetapi pria itu bukan tipenya.

Raka sudah lupa nama pria itu.

"Ga apa-apa."

Raka berusaha yang terbaik untuk menunjukkan senyuman yang santai. Kemudian, pria itu mengangguk pada jawabannya, saat itu lah sang pria mulai menyentuh setiap bagian lekuk tubuhnya. Dia tidak ingat sudah berapa kali dia melakukan kegiatan seperti ini. Sebuah kegiatan yang menurut orang-orang adalah surga dunia, namun bertajuk kubangan neraka baginya. Dia melakukan ini bukan atas dasar keinginan, melainkan demi kepuasan. Tuntutan kepuasan seorang pria yang telah memasuki lubangnya dengan penis sang pria; dia hanya salah satu dari sekian pria yang ditemuinya sejauh ini.





"Apa itu terasa enak?"





Pria itu bertanya.





"Mhm…," Raka mengangguk pelan.





Sejujurnya, itu menyakitkan.





Tapi rasa sakit itu baik.





"Aksa…"

Pria itu memanggil namanya. Itu bukan nama Raka yang sebenarnya, tetapi namanya pada waktu itu.

"Rasanya enak~"

Raka berkata dengan suara imut seolah itu benar. Dia tahu hanya itu yang diperlukan untuk memuaskan sang pria. Ketika pria itu menyetubuhinya sepenuh nafsu, dia hanya terpaksa mengikuti permainan pria itu dengan setengah hati. Apakah itu terasa enak? Apakah itu terasa buruk? Dia tidak tahu. Yang bisa dia rasakan hanyalah sedikit berdenyut di dalam perutnya dan mati rasa di lubangnya. Kedua sensasi itu memberinya perasaan lega.







Setidaknya aku punya tubuh…
....dan masih hidup.







Raka pikir.













"Hah…"

Keadaan kamar sudah gelap ketika Raka bangun. Dia buru-buru bangkit duduk dan melihat ponselnya. Sudah jam 9 malam. Pikirannya menjadi kosong setelah melihat itu. Dia belum memasak apapun dan dia tidak akan selesai membuat makan malam sebelum Jaka kembali dari bekerja.

Raka selalu menyiapkan makanan dan mandi sebelum Jaka pulang. Sejak pria itu menugaskannya untuk melakukan pekerjaan rumah, dia telah menganggap itu sebagai tugas dan tanggungjawabnya. Sekarang, dia berniat mengirim pesan pada Jaka untuk memberitahu bahwa makan malam akan terlambat. Ketika dia membuka ponselnya, ada pemberitahuan pesan masuk. Itu dari Jaka.





Mas Jaka

| aku akan menonton film di bioskop
   dengan rekan kerjaku, jadi aku akan
   pulang terlambat.
| makan malam tanpaku.






"Terimakasih Tuhan...," Raka merasa lega setelah membaca pesan tersebut.

Itu berarti kecerobohan Raka yang tertidur dari sore sampai pada jam ini tidak akan menimbulkan masalah. Setidaknya dia tidak akan membuat Jaka menunggu untuk makan malam yang belum dia siapkan. Dia menarik napas untuk menenangkan pikirannya, lantas dia menyadari bahwa tubuhnya basah karena keringat dingin.

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang