21 : Like You

1.1K 197 9
                                    

Bagas datang ke tempat kerja satu jam lebih awal lagi hari ini. Dia duduk pada kursi yang ada di sebelah counter kasir, dan memfokuskan atensi pada satu objek. Sungguh kejadian langka, pasalnya pemuda yang berstatus mahasiswa itu jarang bahkan hampir tidak pernah memiliki fokus ketika menghadiri perkuliahan. Ternyata hal itu disebabkan oleh gelagat Raka hari ini yang nampak mencurigakan di matanya, pemuda yang baru menjadi pekerja paruh waktu itu terlihat bekerja sambil banyak melamun.

"Raka, kuenya gosong," tegur Bagas saat dia mencium bau gosong dari oven.

Raka yang berdiri di depan oven langsung tersadar dari lamunan, lalu buru-buru mengeluarkan loyang berisi kue dari dalam oven. Dia menghela napas berat melihat Chocolate Eclair buatannya telah gosong.

Bagas mencicipi sedikit dan berkata, "Rasanya tetap enak sih walau gosong."

Mendengar komentar itu, Raka menekuk wajahnya, entah Bagas berkata jujur atau sekadar menghibur, dia tetap saja merasa bersalah. "Tapi, kalau penampilannya seperti ini mana bisa dijual," jawabnya.

"Kamu kenapa? Kemarin terjadi sesuatu?"

"Eh?"

"Aku tanya, apa kamu ada masalah sama Kang Eric? Kamu banyak melamun hari ini, kalian juga kelihatan diem-dieman."

"Mas Eric? Dia kenapa?"

Raka merasa gugup ketika Bagas menyebutkan nama Eric, tetapi dia berusaha untuk menyembunyikan itu dengan senyum seperti biasa. Selama bekerja Eric memang tidak mendekatinya atau bahkan berbicara padanya. Dia masih merasakan ketidaknyamanan yang sama seperti kemarin. Meskipun dia menyadari bahwa Bagas terlihat tidak suka dengan tanggapannya, namun dia pikir memberitahu Bagas apa yang terjadi kemarin mungkin bukan hal yang baik baginya atau bagi Eric. Jadi dia tidak akan mengatakan apapun terkait masalah itu.

Bagas menatap Raka selama beberapa detik, lantas dia mendecakkan lidahnya, "Aku benci sifatmu yang begitu."

"Eh... tungguㅡ"

Raka menatap bingung pada Bagas yang beranjak menuju rest room. Dia mengikuti pemuda itu, tetapi Bagas mengabaikannya, dan justru membuka pintu dengan kasar.

"Eh... ada apa?"

Raka mendengar suara Eric dari dalam rest room. Dia kemudian menyusul masuk, Bagas terlihat berdiri di depan Eric yang duduk di sofa sedang memakan nasi kotak.

"Kemarin, apa yang kamu lakukan pada Raka?" Bagas bertanya tanpa basa-basi.

Eric menaikkan satu alisnya, lalu setelah itu dia menatap ke arah Raka. Tatapan itu jelas seolah berkata, 'Apakah kamu memberitahu dia semuanya?'. Menyadari isyarat tersebut, Raka menggelengkan kepala beberapa kali. Eric tertawa masam setelah melihat tanggapan dari Raka, dia memutuskan untuk berkata dengan jujur.

"Aku mampir ke rumahnya dan ngajak dia berhubungan badan."

"Hah?!"

"Ditolak, sih," tukas Eric seraya tersenyum dengan ekspresi tak bersalah di wajahnya.

"Jelas, lah! Kamu tolol ya?!"

Bagas berteriak penuh amarah. Sedangkan, Eric mengerutkan kening dan mengedikkan bahu ringan.

"Jelas, kalau ga bertanya mana tau dia mau atau engga, kan?"

"Harusnya kamu udah tau jawabannya sebelum bertanya! Kamu ga memaksanya untuk melakukan itu, kan?"

Eric mengunyah makanannnya ketika Bagas bertanya lagi. Dia menggaruk hidungnya dengan tangan kiri dan tersenyum sambil menjawab, "Yah, kayaknya aku sedikit memaksanya."

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang