06 : Perasaan Pulang

1.5K 260 6
                                    

"Lioraaaa!!!"

Jaka berteriak sekencang-kencangnya, sampai membuat Naresh yang duduk di samping pria itu melompat di kursinya karena terkejut. Beberapa karyawan lain mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara. Tetapi detik berikutnya, suasana di dalam ruangan itu kembali sunyi seperti semula.

Sementara itu, sang pemilik nama Liora Agatha Maheswari dengan santai menoleh ke arah Jaka, memiringkan kepalanya disertai ekspresi bingung.

"Ada apaㅡ?"

"Jangan banyak tanya! Sini kamu!"

Liora bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja pria itu. Rekan kerja lainnya yang menyaksikan situasi ini memiliki ekspresi 'oh, itu lagi' dan kembali ke pekerjaan mereka. Jaka siap berteriak penuh amarah ketika Liora datang membawa ekspresi tak bersalah.

"Aku udah berulang kali kasih tau kamu ini, periksa pekerjaanmu sebelum mengirimkannya," protes Jaka setibanya wanita itu berdiri di sampingnya.

"Tapi aku melakukannya."

"Kalau kamu melakukannya, seharusnya kamu pastikan dulu format penulisan dan semua datanya harus benar."

"Iya~"

"Jangan iya iya aja! Banyak data yang tumpang tindih ga jelas di proposal kamu! Formatnya juga berantakan!"

Jaka berbicara terus terang. Setelah mendengar itu, Liora baru menyadari di mana letak kesalahannya. Dia membuka mulut terkejut, lalu mengatakan.

"Eh, kalau begitu gawat dong!"

"Ya, lebih dari itu."

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Perbaiki itu, selesaikan hari ini."

"Tapi, itu mustahil~"

Jaka merasakan pembuluh darahnya akan meledak. Bagaimana HR bahkan bisa merekrut orang seperti ini? Tidak terampil, tidak bertanggungjawab, bahkan tidak cukup layak untuk dipertimbangkan.

"Mau bagaimana lagi? Proposal ini harus naik ke Direktur besok pagi, pokoknya harus selesai hari ini. Penanggungjawab kamu itu aku loh."

"Kalau aku ga menyelesaikannya tepat waktu, apa Kak Jaka bakal dipecat?"

"Hah? Sepertinya ga sampai dipecat. Tapiㅡ," Jaka meletakkan tangan di dagu dan melanjutkan. "Kemungkinan aku bakal dikeluarkan dari project ini. Terus, tanggungjawab melatih kamu juga akan diberikan ke orang lain."

Menyerahkan tanggungjawab untuk pelatihan Liora kepada orang lain akan menjadi surga dunia bagi Jaka. Tetapi, project itu adalah sesuatu yang dia mulai ketika rapat kerja beberapa waktu silam. Dia tidak bisa keluar di tengah jalan begitu saja. Karena dia juga telah melibatkan banyak rekan kerja dalam project tersebut.

"Eh, Kak Jaka ga akan melatihku lagi?"

"Itu mungkin akan terjadi kalau kamu ga memperbaikinya hari ini."

Mendengar apa yang Jaka katakan, Liora yang biasanya memiliki senyum malas di wajahnya, tiba-tiba menunjukkan ekspresi tegas. "Aku akan memperbaikinya sekarang!" ikrarnya kukuh.

"Eh...?"

Liora berbalik dan bergegas kembali ke mejanya. Dia biasanya banyak bersantai di sekitar kantor. Berjalan-jalan di dalam ruangan kerja seolah berada di taman bermain. Jadi tindakannya barusan itu merupakan pemandangan yang tidak biasa di mata Jaka.

"Apa yang terjadi dengannya...?"

Padahal, selama ini Jaka sering mengomel dan memarahi kecerobohan Liora dalam bekerja. Wanita itu seharusnya akan merasa nyaman jika orang lain yang melatihnya. Tapi entah mengapa terukir raut kekhawatiran di wajah Liora saat mendengar pernyataan Jaka tadi. Kalau ancaman itu bisa membuat Liora lebih rajin bekerja, maka Jaka mungkin akan menggunakan itu sebagai senjata penyemangat untuk kedepannya.

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang