Jaka Tirta Lesmana dilanda patah hati.
Pria berusia 25 tahun itu jatuh cinta dengan seorang wanita yang tiga tahun lebih tua darinya. Wanita itu tak lain adalah Manajer di tempatnya bekerja, namanya Jesslyn Calandra.
Jesslyn adalah orang yang sangat perhatian. Dia memperlakukan Jaka dengan baik sejak masa training sampai sekarang. Senyumnya anggun dan kepribadiannya yang hangat menjadi daya tarik bagi seorang budak korporat seperti Jaka. Setelah lama mati rasa akhirnya Jaka bisa jatuh cinta lagi di usianya yang terbilang sudah matang untuk menjalin hubungan serius. Sayangnya orang yang berhasil membuka hatinya itu justru juga yang menjadi patah hati terbesarnya kini.
"Kalau dia udah punya pacar, harusnya dia bilang dari awal..."
Jaka menenggak habis satu gelas alkohol. Tidak terhitung sudah berapa gelas alkohol yang dia minum sepanjang meratapi nasibnya yang malang. Naresh, yang duduk di hadapannya tersenyum miris, membiarkan sahabatnya itu melampiaskan kesedihannya. Daripada ditahan, lebih baik dilepaskan agar tak menjadi beban berkepanjangan. Masalah yang ditumpuk-tumpuk lambat laun bisa menjadi bom waktu. Untuk itu lah dia ada di sini, menjadi pendengar yang baik bagi sahabatnya.
Sepulang bekerja mereka berkencan, Jesslyn dan Jaka, hanya berdua. Setelah empat tahun bekerja bersama, Jaka akhirnya memberanikan diri untuk mengajaknya berkencan. Jesslyn dengan cepat menerima, dan itu menjadi kesempatan besar bagi Jaka untuk menyatakan perasaan. Dia begitu optimis, ini mungkin akan berhasil. Dia sudah membuat rencana, mereka pergi menonton film di bioskop. Sejujurnya, Jaka menghabiskan lebih banyak waktu melihat wajah Jesslyn dari samping daripada menonton film, dengan sesekali melirik dada wanita itu.
Ledakan semangat dan antusiasme menambah keyakinan diri Jaka bahwa dia tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Setelah menonton film, dia membawa Jesslyn ke sebuah restoran termewah di Jogja untuk makan malam. Dia tidak ingat rasa makanannya usai bencana itu datang menjungkir balikkan suasana hatinya dalam sekejap.
Setelah mengumpulkan keberanian, Jaka menyatakan perasaannya, "Kak Jess, ada yang ingin aku katakan padamu."
Jesslyn berhenti mengunyah dan mengusap bibirnya dengan napkin, "Ada apa, Jaka?"
"Sejujurnya, aku suka kamu."
Jesslyn mematung sejenak, "Maaf..."
Jaka mengulum senyuman. Mendengar itu dari Jesslyn, dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Sebenarnya aku merahasiakan ini dari semua orang di perusahaan. Aku udah punya pacar, tolong rahasiakan ini ya."
"LALU KENAPA KAMU MENANGGAPIKU SELAMA INI?!"
"Tenang Jak, kamu udah bilang itu tujuh kali hari ini."
"Aku akan mengatakannya seribu kali jika perlu."
"Aku ga mau dengar itu seribu kali," Naresh menghela napas dan menggelengkan kepala ketika melihat sahabatnya itu menelan alkohol lagi. "Kamu harus benar-benar berhenti minum," katanya melihat sang sahabat mulai mabuk berat.
"Kamu ga ngerti perasaanku, Na," suara Jaka melemah hampir teredam suara musik yang mengalun di dalam bar.
Naresh tak tahan lagi melihat sahabatnya itu terpuruk, "Jak, orang bersikap ramah sama kamu itu ga jadi jaminan dia suka sama kamu. Dia emang ramah ke semua orang."
Jaka ditampar kenyataan melalui perkataan Naresh barusan. Benar, mungkin selama ini dia yang terlalu berharap. Mungkin sikap ramah Jesslyn padanya selama ini hanya bentuk perhatian biasa dari seorang atasan kepada bawahannya. Dia berniat menyembuhkan trauma masa lalu dengan membuka hati kepada wanita. Tetapi yang dia dapatkan justru luka baru yang lebih besar. Segera setelah dia ditolak, dia pergi ke bar hotel milik perusahaan jasa penginapan tempatnya bekerja. Kemudian dia menelepon Naresh Jordian Adiwangsa, sahabat sekaligus rekan kerjanya dalam Departemen Pemasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [✓]
Fanfic⌠ boy x boy | jeno x renjun ⌡ ❛❛ Rumah dan pulang bukan perkara tempat, tapi perasaan. ❜❜ kujangsiku noren ver alternate story of blue neighbourhood. bebas mau baca blue neighbourhood dulu atau tidak, tapi sebagian cerita itu berkaitan dengan ceri...