11 : Kepergian

1.3K 248 4
                                    

"Kamu bisa kerja ga sih? Bagaimana mungkin datanya belum selesai sampai jam segini," Jaka bersungut-sungut.

"Maaf Kak... aku keasyikan nonton drama tadi malam dan akhirnya ga tidur sampai subuh... jadi ga bisa konsentrasiㅡ"

Jaka memukul mejanya, menyebabkan bahu Liora bergetar kebingungan. Saat melihat ini, Naresh yang duduk di meja sebelah, dengan jahil berkomentar 'oh my'. Sementara itu, Jaka berusaha menahan emosi dan menatap Liora seperti biasa, padahal sejujurnya dia ingin menelan wanita itu hidup-hidup.

"Aku ga mau dengar alasan kamu, selesaikan pekerjaan kamu sekarang, mengerti?"

"Oke, oke. Aku akan menyelesaikannya."

"Kalau begitu kembali ke mejamu dan kerjakan sekarang."

"Iya, Kak."

Jaka kembali menghadap ke layar komputernya dan melanjutkan pekerjaan. Sampai pada saat setelah istirahat makan siang, Liora dengan cepat menyerahkan data yang dia minta. Kemudian dia bergegas mengurusi semua pekerjaannya hari itu dan selesai tepat ketika jam pulang normal tiba. Dia mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas kerja untuk pulang tepat waktu. Namun, belum sempat beranjak, seseorang memanggilnya.

"Kak Jaka~"

"Apa?"

Jaka menoleh untuk mendapati pergerakan Liora yang berjalan ke arah mejanya. Meskipun dia merasa sepertinya wanita itu tidak membawa masalah lagi, tetapi dia jelas merasa terganggu karena dipanggil tepat ketika dia akan pergi. Kendati demikian, dia berusaha untuk menyembunyikan ketidaksukaannya melalui ekspresinya yang santai.

"Apa kamu punya waktu setelah bekerja?"

"Oh... kalau memungkinkan aku mau pulang tepat waktu hari ini."

"Jadi, apa kamu ada kegiatan setelah ini?"

"Hm... ga juga."

"Oke, kalau begitu ikut aku sebentar."

Liora berbicara dengan agak menuntut yang membuat Jaka berpikir, jika dia menolak mungkin akan menimbulkan lebih banyak kesalahpahaman. Mengingat bahwa wanita itu pernah menunjukkan kecurigaan yang sama terhadap perubahan jam pulangnya. Alhasil dengan terpaksa dia menerima tawaran tersebut.

"Baiklah, apa yang akan kita lakukan?"

"Ayo kita nonton film bersama."

"Hah? Film?"

"Ada bioskop di mall yang letaknya sejalan dengan arah pulang kita kan?"

"He-em."

"Kalau begitu ayo kita pergi ke sana, aku udah beli tiketnya untuk kita berdua," ujar Liora seraya menunjukkan bukti pembelian tiket di layar ponselnya. "Sebagai permintaan maaf atas kelalaianku hari ini. Aku tunggu kamu di bawah ya!"

"HㅡHei..."

Jaka mendecak pelan, Liora sudah pergi dengan langkah cepat tanpa menunggu jawaban darinya terlebih dahulu. Lantas dia buru-buru mengejar wanita itu, pada momen yang sama dia merasakan ada sebuah tatapan menuju ke arahnya. Ketika dia melirik, matanya langsung bertemu dengan tatapan Jesslyn, yang duduk di meja Manajer. Itu membuat jantungnya berdetak kencang, tetapi dia tidak bisa menjelaskan apa-apa dalam situasi ini. Setelah sedikit membungkuk pada Jesslyn, dia bergegas meninggalkan kantor.

•••






"Kesadaran akan pertemuan yang ditakdirkan datang saat semuanya telah berlalu."

Begitu kata dosen wanita sambil menyerahkan saputangan kepada seorang mahasiswi yang menangis.

"Pertemuan yang mengubah arah kehidupan tidak bisa diketahui sampai semuanya terjadi. Hanya ketika semuanya telah berubah, hanya ketika semuanya telah berakhir, seseorang baru akan mulai menyadarinya."

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang