16 : Kebenaran

1.2K 221 30
                                    

"Aku pikir kali ini kamu tidak bisa menolak."

Jaka baru saja mengunjungi kantor bagian Banquet Section. Dia pergi ke sana untuk memeriksa kesiapan pelaksanaan event seminar yang akan diadakan hari ini. Saat dia kembali ke kantor departemennya, Direktur Departemen Pemasaran sudah berdiri menunggu di samping mejanya.

Pak Jeffrey, meminta secara langsung kepada Jaka untuk melakukan perjalanan bisnis. Jika sebelumnya dia tanpa ragu selalu menerima tugas perjalanan bisnis, tetapi sekarang setelah Raka tinggal di kosnya dia tidak bisa pergi jauh dalam waktu lama tanpa merasa gelisah. Dia merasa memiliki tanggungjawab besar untuk menjaga pemuda itu.

Beberapa waktu lalu Jaka sudah sempat dimintai Pak Jeffrey untuk melakukan perjalanan bisnis. Tetapi dia menolak, dan beruntungnya ada Yanuar yang secara suka rela mengajukan diri untuk menggantikannya ketika dia bingung memikirkan alasan. Sedangkan, perjalanan bisnis yang ditugaskan Pak Jeffrey kali ini tujuannya adalah ke cabang hotel di Bintan selama dua minggu. Ketika dia menolak perjalanan bisnis sebelumnya, Pak Jeffrey masih bisa memaklumi. Namun, saat dia menolak untuk kedua kalinya, ekspresi direktur itu terlihat tidak baik.

"Apa yang terjadi denganmu belakangan ini? Kamu tidak memiliki ambisi lagi di tempat kerja," Pak Jeffrey berkata dengan tatapan penuh selidik.

"Tidak. Bukan begitu, Pak."

"Oke. Melihat cara kamu bekerja tampaknya tidak demikian, aku mengerti. Lalu, apa kamu ada alasannya?"

Jaka sempat berpikir samar-samar mempersiapkan alasan untuk situasi seperti ini. Tetapi dia tidak berpikir bahwa tawaran tentang perjalanan bisnis akan ada lagi secepat ini, itu adalah kelalaian total. Sekarang dia benar-benar tidak punya ide untuk dijadikan alasan.

"Apa itu karena urusan pasangan? Kalau memang itu alasan kamu, alangkah baiknya kamu memberitahu aku," Pak Jeffrey kembali berbicara.

"Ini bukan karena pasangan, Pak."

"Jadi, apa alasannya?"

Pak Jeffrey bertanya dengan nada bicara yang santai. Meskipun begitu, sepertinya direktur itu tidak akan membiarkan Jaka pergi sebelum mendengar alasan, dia benar-benar dalam kesulitan. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa seorang pemuda sekolah menengah tinggal di kosnya. Namun, dia tidak memiliki kemampuan untuk berbohong dengan tenang. Saking gelisahnya dia memikirkan alasan, dia sampai merasa sakit perut, saat itu lah tiba-tiba sebuah wajah yang familier muncul dari balik punggung Pak Jeffrey.

"Eh? Pak Jeffrey? Ada apa Bapak di sini?"

"Ah, kamu...," Pak Jeffrey menoleh untuk menatap Liora yang berdiri di sampingnya. "Aku datang karena aku ingin memberikan tugas perjalanan bisnis kepada Jaka."

Liora membuka mulutnya lebar tampak terkejut dan bertanya, "Eh? Perjalanan bisnis? Kak Jaka akan pergi?"

"Dia menolak untuk melakukannya."

"Mustahil bagi Kak Jaka untuk melakukan perjalanan bisnis, Pak Jeffrey!" Liora berkata dengan suara agak keras dan begitu tiba-tiba sehingga membuat Jaka terkejut. "Kak Jaka memberitahu saya kalau dia harus pergi ke rumah orangtuanya secara teratur bulan ini. Ibunya sedang tidak sehat...," lanjutnya.

"Oh, jadi itu alasan yang tidak ingin kamu katakan padaku, Jaka?"

Pak Jeffrey menatap ke arah Jaka, sementara Liora terlihat meletakkan tangannya di mulutnya yang gelisah sendiri setelah mengatakan itu. Lalu dia menatap ke arah Jaka sejenak dan kemudian menundukkan kepala. Meskipun ekspresi yang bisa dilihat di wajah Liora adalah 'kegelisahan sejati', tetapi ketika wanita itu menatap Jaka terlihat jelas bahwa motif tersembunyi wanita itu adalah untuk membantunya. Seolah-olah wanita itu memberikan isyarat, 'oke, mengangguk'.

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang