Dua hari terakhir.
Jaka pulang tepat waktu hari ini, meski dia sempat ada kendala di tempat kerja. Tetapi, itu bukan masalah yang serius. Masih sama seperti yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Dia hampir terlambat menyelesaikan pekerjaan akibat kurang konsentrasi. Nasib baik ada Naresh yang membantunya. Walaupun, pria itu mulai lelah menegurnya yang menjadi sering melewatkan makan siang di kantor.
"Terimakasih untuk hidangannya."
Jaka menandaskan makan malamnya dalam sekejap. Beberapa hari terakhir Raka memasak makanan kesukaannya, sehingga dia sangat menikmati saat makan bersama Raka. Terlepas dari fakta bahwa batas waktu hidup bersama kian mendekat, dia ingin menghabiskan sisa waktunya bersama Raka dengan bahagia. Saat dia memikirkan itu, tiba-tiba Raka menatapnya dan angkat bicara.
"Hei, Mas Jaka. Aku ingin pergi ke suatu tempat."
"Jam segini?"
"Iya," Raka mengangguk pelan kemudian tersenyum. "Emang harus jam segini."
Jaka melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 8 malam. Setelah mendengar penjelasan dari Raka bahwa butuh sekitar 15 menit untuk sampai ke tempat itu, dia akhirnya menyetujui. Dia pikir mereka masih bisa pulang sebelum tengah malam nanti. Jadi setelah selesai makan malam mereka bergegas pergi.
Jaka menyetir mobilnya mengikuti petunjuk arah jalan yang Raka berikan. Dia tidak tahu tempat seperti apa yang akan mereka datangi. Tetapi, Raka berkata padanya jika pemuda itu pernah pergi ke tempat itu sebelumnya. Karena terjadi sedikit kemacetan, mereka sampai di tempat itu 30 menit kemudian.
Mereka tiba di taman yang berada di puncak bukit. Jaka memarkirkan mobilnya di tepi taman dan Raka langsung turun dari mobil. Dia mengikuti langkah pemuda itu menuju tengah-tengah halaman taman.
"Mas Jaka sini."
Raka yang berjalan lebih dulu sudah berbaring telentang di tengah rerumputan.
"Hei, nanti pakaianmu kotor loh."
"Ga masalah, kan aku yang mencucinya. Ayo Mas Jaka juga sini, cepat."
Jaka berjalan mendekat. Mengikuti perintah Raka, dia juga menjatuhkan diri ke tanah, berbaring telentang. Setelah itu, tiba-tiba langit berbintang terbentang di depan matanya. Dia memekik kagum.
"Wowㅡ!!"
Rupanya, bintang-bintang tampak jauh lebih indah dari yang Jaka bayangkan.
"Indah kan?"
Raka yang ada di samping Jaka berkata sedikit bangga. Dia merasa senang karena bisa datang ke sini lagi dan bersama Jaka.
"Benar," Jaka menjawab, baginya sudah lama sekali sejak dia tidak melihat bintang-bintang seterang ini. "Ternyata ada tempat seperti ini ya di Jogja," ujarnya.
"Waktu Bagas mengajakku ke sini pertama kali, aku juga terkejut," Raka terkekeh.
Saat dalam perjalanan tadi, sebenarnya Jaka merasa bahwa dia berada di lingkungan yang tidak begitu asing baginya. Tetapi, meskipun dia telah tinggal di Jogja selama bertahun-tahun, dia tidak tahu jika ada tempat seperti ini. Setiap hari dia pergi bekerja, selesai bekerja langsung pulang, lalu pergi tidur. Hanya itu yang dia lakukan berulang kali, sehingga mungkin wajar jika dia tidak mengetahui ada tempat di mana dia dapat melihat bintang-bintang dengan begitu jelas di Jogja.
"Ketika berada di sini, Bagas bercerita sesuatu," ucap Raka tiba-tiba, membuat Jaka menoleh ke arahnya.
"Tentang apa?"
"Dibandingkan langit berbintang kita emang terlalu kecil untuk disadari, tapi kita punya masa lalu dan masa depan masing-masing. Ketika mendengar itu, aku merasa aman."

KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [✓]
Fanfiction⌠ boy x boy | jeno x renjun ⌡ ❛❛ Rumah dan pulang bukan perkara tempat, tapi perasaan. ❜❜ kujangsiku noren ver alternate story of blue neighbourhood. bebas mau baca blue neighbourhood dulu atau tidak, tapi sebagian cerita itu berkaitan dengan ceri...