07 : Rencana Rahasia

1.3K 236 4
                                    

"Hei."

Penyebab dibalik tatapan dingin Jaka tak lain adalah Liora. Wanita itu menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingnya, "Eh, Kak Jaka mau makan siang bersamaku?"

"Bukan itu tujuanku ke sini," Jaka merubah tatapannya menjadi sinis. "Apa kamu ga bisa sehari aja ga buat masalah?"

Liora memiringkan kepalanya dengan bingung, "Apa maksudmu, Kak?"

"Perbaiki laporan bulanannya, sekarang."

"Ahㅡ bagian mana?"

"Sepertinya aku ga perlu kasih tau kamu kan? Semuanya kacau," Jaka mendecak pelan.

Liora mengamati sekelilingnya sejenak, mendekatkan wajahnya pada Jaka, dan berbisik, "Bukannya Kak Jaka sendiri kemarin yang bilang kalau aku ga perlu bekerja terlalu berlebihan?"

Jaka menaikkan kedua alisnya seiring dengan puncaknya angkara dalam dada. Dia memegangi kedua bahu Liora dan menatap langsung ke mata wanita itu. Dengan cara ini, seharusnya Liora akan memahami kata-katanya lebih seksama.

"Dengar. Aku emang bilang begitu, tapi bukan berarti kamu bisa bekerja seenaknya. Jangan salah paham," ujar Jaka.

Liora mengerjap dengan cepat, "Apa itu berarti kamu akan memaksaku bekerja keras bagai kuda?"

"Kamu masih tanya? Semua orang di sini kecuali kamu udah bekerja keras."

"Aih..."

Liora bahkan secara gamblang menunjukkan kekecewaannya.

Menahan ledakan amarah, Jaka memalingkan wajah dari Liora sejenak. Saat itu lah matanya bertemu dengan tatapan Jesslyn yang duduk di meja Manajer. Dalam rasa malu, dia buru-buru menarik lengannya menjauh dari bahu Liora dan berdeham.

"Pokoknya, selesaikan sebelum istirahat siang."

Liora melebarkan matanya, "Apa? Tapi cuma ada satu jam tersisa sampai istirahat."

"Kerjakan," Jaka tersenyum dingin sebagai tanggapan. "Besok kita rapat evaluasi tau."

"Haaaah..."

Jaka yakin bahwa Liora sudah tahu apa yang harus dilakukan. Maka dia akan membiarkan wanita itu mengerjakan tugasnya sendiri tanpa bantuan. Setidaknya dengan begitu Liora bisa belajar tanggungjawab. Setelah memastikan Lioraㅡyang dengan engganㅡmemulai pekerjaannya, Jaka kembali ke mejanya sendiri.

Tapiㅡ

"Jaka Tirta Lesmana!"

Sebuah suara memanggil dari jauh. Jaka dengan cepat menoleh, kaget. Suara itu adalah milik Jesslyn.

"Ya?"

Jaka melihat Jesslyn melambaikan tangan beberapa kali padanya, mengisyaratkan agar dia datang ke meja wanita itu. Dia mendadak berkeringat dingin sekarang. Dalam benaknya bertanya-tanya, apakah mungkin dia melakukan sebuah kesalahan? Tentu saja, dia masih merasa canggung untuk berhadapan dengan Jesslyn karena wanita itu baru saja menolaknya belum lama ini. Tetapi pada saat yang sama, Jesslyn juga atasannya.

Jesslyn, yang memegang posisi Manajer dalam Departemen Pemasaran, belum benar-benar menyenggol apapun tentang pekerjaan Jaka akhir-akhir ini. Jadi dia merasakan sensasi menegangkan ketika tiba-tiba dipanggil oleh atasannya tersebut.

Sementara keringat dingin kian bermunculan sesampainya Jaka di dekat meja Jesslyn, wanita itu hanya tersenyum dan mengetik sesuatu di komputer. Kemudian, Jesslyn menunjuk ke arah layar komputer dan tersenyum lagi. Memahami isyarat tersebut, Jaka dengan takut-takut mengintip ke layar.

"Apa kamu punya waktu untuk bertemu setelah pulang kerja besok?"

Itu lah yang tertulis di dokumen Word yang kosong.

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang