08 : Pelukan

1.3K 252 21
                                    

Dari beragam jenis restoran yang ada di Jogja, Jaka tidak mengerti kenapa Jesslyn tiba-tiba mengajaknya makan malam di sebuah restoran dan bar. Sekarang wanita itu duduk pada kursi di hadapannya.

Dengan senyum cerah, Jesslyn memotong daging steak dari piringnya dan memasukkannya ke dalam mulut. Kemudian dia perlahan-lahan mengunyah tanpa suara. Melihat bibir merah mudanya terbuka untuk menyambut potongan lain, anehnya pemandangan ini tampak erotis.

Jaka seharusnya tidak melakukan ini. Tidak sopan untuk menatap lekat-lekat pada orang lain yang sedang makan. Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Jesslyn dan menyantap hidangannya sendiri. Setelah memotong daging steak dari piringnya, dia memasukkannya ke dalam mulut. Saat dia mengunyah daging itu, rasa lezat cairan yang keluar dari daging memanjakan mulutnya.

Membiarkan tatapannya mengembara ke depan, mata Jaka bertemu dengan tatapan Jesslyn. Dia lantas terkejut.

"Apa kamu gugup?"

"Ya, tentu aja," Jaka menjawab pertanyaan Jesslyn dengan jujur.

"Kenapa?"

"Hm... kalau seseorang yang baru aja menolakmu tiba-tiba mengajakmu makan malam berdua, apa kamu ga merasa canggung?"

"Hahaha, jadi begitu ya?"

Jesslyn tertawa terbahak-bahak sebelum mengambil potongan lain dari daging steak miliknya. Sementara itu, Jaka buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tidak bisa membiarkan matanya menatap pemandangan itu lagi. Jika dia sampai salah tingkah, itu hanya akan membuatnya terlihat bodoh.

"Kalau begitu bagaimana jika kita melakukan sebuah permainan agar suasananya jadi santai?" saran Jesslyn setelah menelan makanannya.

"Permainan?"

"Iya. Masing-masing dari kita boleh mengajukan tiga pertanyaan dan pertanyaan itu wajib dijawab. Bagaimana?"

"Oke, aku setuju."

"Baiklah, kita mulai!" Jesslyn menautkan kedua tangannya di atas meja. "Dari kamu dulu. Apa yang mau kamu tanyakan?"

Jaka berpikir sebentar kemudian bertanya, "Kenapa restoran dan bar?"

"Eh ada apa sama pertanyaan itu? Kamu cuma bisa mengajukan tiga pertanyaan loh," Jesslyn mengerutkan dahi heran atas pertanyaan sederhana pria itu.

"Gapapa, jawab aja pertanyaanku."

"Ya, itu karena aku makan bersamamu, Jaka," jawab Jesslyn dengan acuh tak acuh.

Jaka terhenyak, "Karena aku?"

"Iya benar. Karena kamu."

Jesslyn mengangguk. Dia kemudian mengambil gelas birnya, yang tersisa setengah, dan mulai meneguknya. Jaka menatap kosong, cara minum wanita itu cukup bagus. Setelah beberapa detik, Jesslyn yang telah menghabiskan setengah gelas birnya, mendesah panjang saat meletakkan gelasnya kembali ke meja. Kali ini Jaka tidak bisa memalingkan pandangan dari tindakan sederhana wanita itu saat minum bir.

"Bagaimana menurutmu?"

"Eh?"

"Aku menghabiskan setengah gelas sekaligus."

"Ah, cara minum kamu mantab sekali," kata Jaka sambil menatap agak bingung.

Jesslyn tertawa sebagai tanggapan, "Itu... itu lah yang aku suka dari kamu."

"E-eh...?"

Jaka menunjukkan senyum yang dipaksakan, tidak dapat memahami apa maksud perkataan Jesslyn.

"Dulu ketika kita masih rekan, sebelum aku jadi bosmu, aku ga bisa pergi keluar untuk minum atau bergabung dengan rekan lainnya di bar hotel kita, kamu tau? Maksudku, semua orang mengharapkan aku untuk bertingkah laku 'anggun'."

PULANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang